Bisnis.com, PALEMBANG -- PT Sriwijaya Mandiri Sumsel (SMS), BUMD pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-api (TAA) dan Tanjung Carat, menyatakan banyak calon investor yang menunda kegiatan investasinya di kawasan tersebut karena terhambat jaminan kepemilikan hak atas tanah.
Direktur Utama SMS IGB Surya Negara mengatakan hambatan tersebut membuat banyak investor menunda penandatanganan kontrak kerja sama untuk berinvestasi di KEK TAA dan Tanjung Carat.
“Ada beberapa rencana jaminan kemudahan investasi yang belum dapat dipastikan akan terpenuhi. Sehingga investor kini cenderung masih wait and see,” ujarnya, Senin (15/10/2018).
Surya menerangkan jaminan yang dimaksud yakni kepastian kepemilikan hak atas tanah Tanjung Carat sebagai bagian dari KEK TAA terkait rencana pengerukan KEK TAA dengan pasor laut bersamaan dengan reklamasi Tanjung Carat.
Kemudian, jaminan bebas PPN penyerahan barang dan jasa pada saat pembangunan di Kawasan KEK serta kebebasan penggunaan atau transaksi dengan mata uang asing saat pembangunan di kawasan KEK.
Terkait hal ini, SMS sudah menempuh beberapa langkah, termasuk berkonsultasi dengan Badan Pertanahan Negara (BPN) Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) terkait skema pemebebasan lahan KEK TAA serta berkonsultasi dengan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kantor Wilayah (Kanwil) Sumsel Babel mengenai fasilitas pembebasan pajak barang dan jasa di kawasan tersebut.
“Sejauh ini, kami hanya bisa menunggu keputusan dari pemerintah pusat selaku pemilik regulasi,” tuturnya.
Sementara itu, hingga kini sudah ada lima investor yang menandatangani kontrak kerja sama dengan total investasi sebesar US$3,69 miliar. Kemudian, ada 387 calon investor yang telah berinteraksi mengenai prospek KEK TAA dan pelabuhan laut dalam Tanjung Carat.
Adapun kelima investor tersebut adalah PT Indocoal Internasional (power plant) dengan nilai investasi US$1,2 miliar, PT Hydro Cipta Energy (pengolaan air dan limbah) dengan nilai investasi US$2,85 juta, PT Dex Indoensia (oil refinery) US$396,43 juta.
Lalu, PT SKAL (pengelolaan alur sungai) dengan investasi US$100 juta dan Sungdong A&G Co. Ltd (galangan kapal) sebesar US$2 miliar.
“Dari kelima perusahaan tersebut, rencananya akan dapat menyerap sekitar 166.000 tenaga kerja," sebut Surya.