Bisnis.com, PADANG—Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat menyatakan penurunan tarif angkutan udara di daerah itu menjadi penyebab utama deflasi sepanjang Agustus 2018.
Kepala BPS Sumbar Sukardi mengatakan setelah sebelumnya selalu mengalami inflasi, bulan lalu Sumbar justru mengalami deflasi dipicu penurunan harga tarif angkutan udara dan deflasi dari kelompok bahan makanan.
“Penyebab utama adalah turunnya harga tiket pesawat, sehingga secara keseluruhan mengalami deflasi,” katanya, Senin (3/9/2018).
Harga tiket pesawat tujuan Padang memang tergolong gila – gilaan saat memasuki momen Ramadan hingga usai Lebaran. Harga tiket Jakarta – Padang misalnya, bahkan bisa naik hingga 400% dari tarif normal.
Nah, per Agustus lalu, tarif angkutan udara mulai turun dan berkontribusi terhadap deflasi daerah itu hingga 0,33%. Bahkan penurunan harga tarif angkutan udara mencapai 22,81%.
Selain tarif angkutan udara, deflasi di dua kota yang menjadi barometer ekonomi Sumbar, Padang dan Bukittinggi juga didorong turunnya harga komoditas cabai merah, bawang merah, jeruk, daging ayam ras, jengkol, tomat sayur, dan harga emas perhiasan.
Adapun, inflasi kalender kedua kota itu hingga Agustus 2018 masing – masing tercatat 1,74% dan 0,70%.
Dan secara year on year (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, inflasi Padang sebesar 3,29% dan Kota Bukittinggi sebesar 2,12%.
Sebelumnya, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan salah satu penyebab inflasi di daerah itu adalah peningkatan tarif angkutan udara yang di atas kewajaran, saat periode Ramadan dan Lebaran.
“Tarif angkutan udara ini sangat tinggi, sehingga menjadi salah satu penyebab utama inflasi, juga menyulitkan pemerintah daerah mengendalikannya,” ujarnya.
Makanya, dia mengaku berkali – kali menyurati manajemen PT Garuda Indonesia, perusahaan plat merah yang menjalankan bisnis transportasi udara, untuk menyesuaikan harga tiket di rute tujuan Padang selama Ramadan dan Lebaran.
Menurutnya, harga tiket yang ditetapkan Garuda menjadi patokan bagi maskapai lainnya untuk menaikan tarif penerbangan.
“Kalau [tiket] Garuda naik, maskapai yang lain pasti ikutan naik. Jadi Garuda jangan semata – mata mengambil keuntungan saja, tetapi juga mesti ada penyesuaian yang menguntungkan semuanya,” kata Irwan.