Bisnis.com, PALEMBANG – Perkebunan karet nasional mendapat ancaman penyakit gugur daun yang saat ini mulai menyebar di ribuan hektare lahan karet yang ada di tujuh provinsi penghasil.
Direktur Pusat Penelitian Karet Bogor Gede Wibawa mengatakan, penyakit yang dikenal dengan istilah fusicoccum itu harus segera diatasi karena berpotensi bisa menghentikan produksi karet nasional.
"Brasil telah mengalami kejadian serupa dengan penyakit gugur daun Amerika Serikat pada 1998, sampai sekarang negara itu tidak bisa menanam karet lagi," katanya di sela-sela workshop 14 negara produsen karet di Palembang, Selasa (31/7/2018).
Dia mengatakan saat ini tim peneliti sedang mendata luasan lahan yang terpapar karena sejauh ini baru menerima data dari perusahan-perusahaan perkebunan.
"Data kasar yang kami miliki dari laporan dari perusahan-perusahaan perkebunan per Februari 2018 di 7 provinsi diketahui sudah terpapar 22.000 ha. Saya pastikan pasti lebih banyak lagi, karena perkebunan rakyat juga sudah terkena," katanya.
Akibat dari penyakit tanaman ini, produksi getah karet Indonesia dipastikan turun 40%-50% pada tahun ini.
Gede memastikan pada 2018 penyakit gugur daun ini sudah tersebar di perkebunan enam provinsi lainnya, yakni Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung. P
Para peneliti telah menemukan solusi untuk mengatasi persoalan ini yakni dengan menyemprotkan cairan pembasmi dengan cara fogging. Melalui cara ini, tanaman akan terpulihkan kembali dalam masa tiga bulan.
Namun, solusi ini juga dalam dilema karena saat ini harga karet sedang jatuh yakni Rp7.000 per kg sehingga akan semakin memberatkan petani.
Untuk 1 ha lahan dibutuhkan biaya Rp180.000 untuk satu kali fogging menggunakan cairan hexsagonal, sementaranya idealnya untuk pemulihan dibutuhkan tiga kali fogging.