Bisnis.com, BATAM – Bank Indonesia (BI) memproyeksi kinerja ekspor Kepulauan Riau akan membaik seiring perbaikan ekonomi global.
Volume perdagangan dunia yang diproyeksi tumbuh 4,5% tahun ini disebut-sebut akan mendorong pertumbuhan volume ekspor Kepri.
“Indikator-indikator yang ada saat ini menunjukan, negara emerging yang berbasis manufaktur akan kembali meningkat,” ujar Dodi Budi Waluyo, Asisten Gubernur BI, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter di Batam, Kamis (12/4).
Ekspor Prvinsi Kepri, khususnya Batam memang sangat bergantung terhadap produk-produk manufaktur. Ekspor Manufaktur Kepri berada di peringkat 6 dari seluruh Provinsi di indonesia. Pangsanya sekitar 7 persen.
Ekspor produk manufaktur teknologi menengah hingga tingi juga terbilang besar. Sekitar 37 sampai 40 persen Batam adalah produk semi konduktor yang merupakan berteknologi menengah tinggi. Secara nasional, Kepri merupakan peringkat kedua penyumbang ekspor berteknologi menengah tinggi.
Indikator-indikator itu menunjukan bahwa ekspor dari provinsi kepulauan ini berbasis manufaktur dan medium high technologi. Sehingga tak salah bila ketika permintaan global terhadap manufaktur turun, otomatis Kepri, utamanya Batam terkena dampak negatif.
Baca Juga
“Sementara di daerah lain yang mengandalkan Ekspor Sumber Daya Alam itu tumbuh tinggi,” jelasnya.
Pada tahun 2018 proyeksi ekonomi global menjadi angin segar untuk Kepri. Pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksi ada pada kisaran 3,6 persen. Pertumbuhan volume perdagangan dunia bertumbuh 4,5 persen.
“Ekspor di Batam, sama dengan pergerakan ekspor di Singapura dan Malaysia. Jadi sangt tergantung dengan permintaan global yang bukan berbasis Sumber Daya Alam,” jelasnya.
Dari catatan Kantor Perwakilan (KPw) BI di Kepri, kinerja ekspor Kepri memang tak menunjukan kinerja memuaskan tahun lalu. Tahun 2016 Net Ekspor Kepri tumbuh 8,27 persen. Namun catatan sepanjang tahun 2017 Net Ekpsor Kepri mengalami kontraksi -8,75 persen.
Penurunan Net ekspor itu terkonfirmasi penurunan aktifitas bongkar muat di pelabuhan, terutama di Batuampar dan Kabil. Yang paling besar penurunannya dari CPO dan produk elektronik.