Bisnis.com, MEDAN-- Bank Pembangunan Daerah Sumatra Utara (Bank Sumut) optimistis rencana pemisahan Unit Usaha Syariah menjadi Bank Sumut Syariah dapat terealisasi pada Januari 2019.
Bank milik pemerintah daerah, baik provinsi dan kabupaten/kota di Sumatra Utara ini masih membutuhkan suntikan dana segar sebesar Rp230 miliar untuk mewujudkan spin off Unit Usaha Syariah tersebut.
Direktur Utama Bank Sumut Edie Rizliyanto mengatakan aspek permodalan menjadi tantangan utama spin off Unit Usaha Syariah Bank Sumut saat ini.
Pasalnya, masih ada kekurangan modal sebesar Rp230 miliar yang harus dicari mengingat syarat modal minimal untuk pembentukan Bank Sumut Syariah adalah sebesar Rp500 miliar.
“Proses spin off itu 24 bulan sehingga pada Desember 2018 baru selesai prosesnya. Jadi mungkin Januari 2019 baru terealisasi. Tantangan utama adalah permodalan, kalau dari sumber daya manusia kami sudah siapkan,” ujar Edie, di sela-sela kegiatan Jalan Santai dan Penarikan Undian Martabe Tahap I dalam rangka HUT ke-56 Bank Sumut, Minggu (5/11).
Menurut Edie, keputusan mengenai sumber dana untuk menutupi kekurangan modal pembentukan Bank Sumut Syariah tersebut bergantung pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2018 pada semester I tahun depan.
Selain suntikan modal dari para pemegang saham, kata Edie, sebenarnya ada alternatif pendanaan yang dapat dilakukan untuk mendukung rencana spin offtersebut, misalnya mengundang investor lain, melakukan initial public offering (IPO), atau menerbitkan obligasi.
“Namun kami kembalikan kepada para pemegang saham untuk mengambil alternatif yang mana. Tergantung RUPST yang menetapkan memutuskan dari mana sumbernya,” ujar Edie.
Lebih lanjut, Edie menjelaskan pihaknya sudah menemui masing-masing kepala daerah di Sumatra Utara dan secara lisan sudah ada komitmen dari para pemegang saham untuk menambah modal guna mendukung ekspansi dan rencana bisnis Bank Sumut.
“Sudah ada komitmen dari pemegang saham, tapi jumlahnya belum tahu karena akan diputuskan di RUPST,” tukasnya.
Dalam upaya memperkuat permodalan guna mendukung ekspansi usaha, Bank Sumut telah mengajukan permintaan penambahan modal sebesar Rp500 miliar kepada Pemerintah Provinsi Sumatra Utara dan saat ini menunggu paripurna DPRD.
“Kami lengkapi juga dengan kajian akademis. Penggunaan Rp500 miliar itu dalam lima tahun, berapa besaran penambahan modal setiap tahunnya tergantung dari pemerintah provinsi. Sebenarnya Rp 500 miliar itu kecil untuk lima tahun, karena kebutuhan untuk spin off saja Rp230 miliar,” papar Edie.
Terkait permintaan penambahan modal, Wakil Gubernur Sumatra Utara Nurhajizah Marpaung mengatakan permintaan penambahan modal oleh Bank Sumut saat ini sedang dalam tahap pembahasan.
“Memang akan kita penuhi. Kalau untuk tahun ini kemampuan anggaran Pemprov Sumatra Utara memang agak sempit, tetapi insya Allah pada 2018,” ujar Wakil Gubernur Nurhajizah.
Lebih lanjut, Nurhajizah mengungkapkan pihaknya tengah mengupayakan adanya peningkatan alokasi anggaran dari pemerintah pusat ke provinsi Sumatra Utara, sehingga nantinya memungkinkan langkah pemprov dalam mendukung permodalan Bank Sumut.
“Kalau kami dapat tambahan Rps2 triliun atau Rp3 triliun kenapa tidak? Tentu langsung masuk [ke Bank Sumut]. Kami juga sudah ajukan ke pusat baik ke Bappenas dan menteri keuangan. Saat ini uang kami sekitar Rp12 triliun, jauh lebih kecil dibandingkan dengan DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat,” papar Nurhajizah.
Untuk mendorong Bank Sumut menjadi lebih besar, Nurhajizah menambahkan pihaknya akan mengimbau kembali kepada BUMN-BUMN yang memiliki basis operasi di provinsi ini untuk menempatkan sebagian dananya di Bank Sumut.
Imbauan ini, jelas Nurhajizah, akan disampaikannya kembali pada rapat bersama para menteri di Jakarta yang dipimpin Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan, Senin (6/11).
“Kami mohon kepada BUMN yang ada di Sumut seperti Inalum dan Pelindo I, mereka beroperasi di daerah ini, kami mohon penempatan dananya dibagi. Kita ingin membesarkan bank kita sendiri. Mereka sampaikan akan diatur, tetapi berharap diperbaiki kecepatan layanan Bank Sumut , selain itu harus jemput bola,” kata Nurhajizah.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatra Utara Arief Budi Santoso menambahkan sebagai BPD terbesar nomor 5 di Indonesia, pihaknya berharap Bank Sumut dapat lebih meningkatkan layanan.
“Khususnya dalam layanan teknologi informasi. Karena sudah saatnya perbankan mengembangkan informasi teknologi,” kata Arief.