Bisnis.com, JAKARTA – Korporasi tambang timah milik negara, PT Timah (Persero) Tbk., membukukan volume penjualan logam timah sebanyak 21.588 Mton pada Januari-September 2017 atau naik 16,1% dibandingkan dengan 18.600 Mton pada periode yang sama 2016.
Peningkatan volume penjualan itu dibarengi oleh peningkatan harga jual rata-rata logam timah yang mencapai US$20.557/Mton dalam periode Januari-September 2017 atau meningkat dibandingkan dengan US$17.296/Mton pada periode yang sama 2016.
Peningkatan volume penjualan dan harga jual rata-rata itu mempengaruhi peningkatan pendapatan perusahaan menjadi Rp6,62 triliun dalam 9 bulan 2017 dibandingkan dengan Rp4,59 triliun dalam 9 bulan 2016.
"Peningkatan pendapatan ini didorong oleh peningkatan permintaan logam timah untuk barang elektronik salah satunya di negara China," papar Sekretaris Perusahaan Timah Amin Haris Sugiarto dalam keterangan tertulis seperti dikutip pada Rabu (1/11/2017).
Peningkatan pendapatan itu diikuti oleh peningkatan beban pokok pendapatan 37,2% yang disebabkan oleh sejumlah faktor seperti peningkatan biaya bahan baku bijih timah seiring peningkatan produksi biji timah menjadi 23.854 ton pada Januari-September 2017 atau meningkat dibandingkan dengan 15.973 ton pada periode yang sama 2016.
"Sampai dengan 30 September 2017, perseroan mencatatkan biaya bahan baku timah sebesar Rp3,5 triliun atau meningkat Rp1,8 triliun dari periode yang sama pada tahun 2016 yaitu sebesar Rp1,6 triliun," paparnya.
Di samping itu, lanjut Amin, peningkatan pembayaran royalti seiring dengan peningkatan pendapatan perseroan juga menjadi salah satu faktor peningkatan beban pokok pendapatan perseroan.
Emiten berkode saham TINS itu juga membukukan peningkatan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) sebesar 66% menjadi Rp1 triliun per 30 September 2017 dibandingkan dengan Rp618,5 miliar per 30 September 2016.
Timah sendiri membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp300,57 miliar pada 9 bulan 2017 atau meningkat dibandingkan dengan Rp50,65 miliar pada periode yang sama 2016.
"Peningkatan tersebut seiring dengan membaiknya harga jual rata-rata logam timah pada kuartal ke III dan meningkatnya volume penjualan logam timah serta kebijakan efisiensi yang terus dilakukan secara berkelanjutan," paparnya.