Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anggi masih Tersenyum Meski Dua Tahun Usus Terburai

Betapa dia masih mampu menunjukkan semangat hidup yang besar meskipun dalam kondisi usus terburai dan nyaris tidak dapat melakukan aktivitas bahkan untuk menggeser tubuhnya sekalipun.
Anggi Riang Nasution./JIBI - Yoseph Pencawan
Anggi Riang Nasution./JIBI - Yoseph Pencawan

"Hebat, dia masih bisa senyum..." kata itu terlintas begitu saja dalam hati saya setelah menyapa Anggirlan atau Anggi Riang Nasution. Bocah laki-laki berusia 11 tahun yang terbaring lemah di Dusun VI Pondok I, Desa Marindal II, Kecamatan Patumbak, Deli Serdang, Sumatra Utara, Jumat (17/2) sore.

Betapa dia masih mampu menunjukkan semangat hidup yang besar meskipun dalam kondisi usus terburai dan nyaris tidak dapat melakukan aktivitas bahkan untuk menggeser tubuhnya sekalipun. Bukan saja saat menyambut tamu, Anggi juga kerap melontarkan senyum saat diajak bicara oleh sejumlah jurnalis yang bertandang ke rumahnya.

Sudah hampir dua tahun anak dari pasangan Adlin Nasution dan Marina ini tidak dapat hidup normal. Bersekolah, bermain, seperti lazimnya anak-anak seusianya. Pada bagian kiri bawah perutnya menyeruak usus yang tampak berdenyut setiap kali mengeluarkan sisa-sisa pencernaan. Dia hanya dapat berbaring terlentang.

Pada awal 2015, Adlin memutuskan memboyong keluarganya dari Kota Batam kembali ke kampung halaman di Kisaran, Sumatra Utara. Adlin memilih untuk tidak melanjutkan perantauan setelah kontrak kerjanya di galangan kapal tidak diperpanjang. Tapi apa mau dikata.

Nasib baik sepertinya belum mau menghampiri pria yang kini sehari-harinya bekerja sebagai buruh bangunan. Tidak lama setelah kembali di kampung halaman, anak keduanya, Anggi, mengalami sakit berkepanjangan.

Bergantian, Adlin dan Marina menuturkan, suatu hari di bulan April 2015, Anggi mengeluhkan rasa sakit yang dirasakannya di bagian perut. Rasa sakit yang hebat itu dia rasakan setelah dua minggu berjalan, tidak bisa buang air besar.

Kemudian Marina dan suaminya mengantarkan Anggi ke dokter dan menurut kesimpulan dokter, Anggi mengalami pembengkakan usus. Anggi mengalami usus buntu dan karena tidak buang air besar dalam waktu lama, perutnya membesar dan harus cepat dioperasi.

Segeralah pasangan suami istri ini membawa anaknya ke Rumah Sakit untuk dioperasi, atau tepatnya pada 13 Mei 2015. Dengan menggunakan fasilitas pembiayaan kesehatan Jamkesmas, Anggi pun menjalani operasi pertamanya di Rumah Sakit Pirngadi, Medan.

"Tapi beberapa hari setelah operasi, jahitannya lepas," ujar Marina lirih dengan mata mulai berkaca.

Pihak rumah sakit menjawab persoalan yang terjadi dengan melakukan operasi untuk kedua kalinya. Namun, kali ini Adlin dan Marina merasa heran. Usai operasi, usus Anggi dibiarkan menjulur keluar dari perut. "Dengan cara ini Anggi bisa bertahan hidup," ujar Adlin menirukan pernyataan dokter penanggung jawab, Dr.Iqbal SpBA, saat itu.

Namun Adlin dan Marina tidak mendapatkan penjelasan lebih rinci mengenai apa yang sebenarnya terjadi atau mengapa dokter sampai mengatakan hal itu hingga membiarkan usus anaknya terburai. Mereka hanya dijanjikan bahwa kondisi anaknya akan kembali normal.

Alih-alih mengalami perkembangan, Adlin mengatakan bahwa dari pengamatannya, kondisi anaknya justru memburuk. Begitu juga setelah Anggi dipindahkan ke ruang rawat inap gizi agar berat badannya bertambah. Menurut Adlin, pemindahan itu dilakukan dokter dengan alasan untuk menambah berat badan Anggi agar bisa kembali dioperasi.

Saat di ruang rawat inap awal, berat badan Anggi hanya sekitar 14 kg dan tetap tidak mengalami perubahan yang berarti meskipun telah ditempatkan di ruang rawat inap gizi. Dokter pun berkukuh baru akan mengoperasinya saat berat badan Anggi bertambah.

Akhirnya, setelah sekitar empat bulan, Adlin dan Marina memutuskan untuk menghentikan perawatan anaknya di Rumah Sakit Pirngadi. Membawa anaknya pulang meski dalam kondisi usus terburai. "Bagaimana bisa berat badannya bertambah dengan kondisi begitu?" kata Marina.

Dua minggu lalu, perangkat Desa Marindal II dan pihak Kecamatan Patumbak membawa Anggi ke Rumah Sakit Lubuk Pakam untuk melanjutkan penanganan medis.

Namun, lagi-lagi situasi serupa terjadi. Pihak rumah sakit tidak memberikan kepastian apa sebenarnya yang terjadi dengan Anggi. Bagaimana dan kapan tindakan medis akan dilakukan terhadap anak yang memiliki cita-cita menjadi astronot itu. Anggi pun kembali dibawa pulang.

Syukurnya, perangkat Desa Marindal II tetap melanjutkan upayanya membantu, meski baru hitungan bulan keluarga Adlin menjadi warga di sana. Kepala Desa Marindal II Jufri Antono memastikan pihaknya sudah menyelesaikan pengurusan kepesertaan BPJS Kesehatan untuk keluarga Adlin, melalui program Jamkesda.

"Minggu depan kami usahakan Anggi dirujuk ke Rumah Sakit Adam Malik dengan pembiayaan dari BPJS Kesehatan. Sedangkan keperluan biaya-biaya yang lain akan kami galang dari para warga karena keluarga ini ekonomi lemah," tutur Kepala Desa.

Anggi pun kembali tersenyum saat disalami sejumlah jurnalis yang akan menyudahi kedatangan di rumah papan tersebut. Dari pembaringannya yang hanya beralaskan kasur busa di lantai, Anggi menjawab salam setelah sebelumnya berjanji untuk tetap semangat agar bisa kembali bermain bola dan memancing bersama ayahnya.

Tetap tersenyum Anggi...


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yoseph Pencawan
Editor : News Editor
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper