Bisnis.com, BATAM - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kepulauan Riau (Kepri) memperkirakan dampak Tarif Trump akan mengakibatkan penurunan ekspor Kepri dalam jangka panjang.
Kepala BI Kepri Ronny Widijarto mengatakan kebijakan yang masih dalam tahapan penundaan ini bisa menyebabkan pelemahan demand global, yang tentu saja berpengaruh kepada ekspor Kepri.
"Bisnis proses ekspor ke Amerika saat ini berlaku pengiriman langsung produk dari Batam di Kepri ke negara tujuan Amerika dengan order yang berasal dari Hongkong (34,84%), Taiwan (16,12%), Amerika (15,78%) dan Singapura (9,87%," katanya, Senin (5/5/2025).
Pada tahapan awal, Tarif Trump ini melemahkan demand global yang akan berdampak pada penurunan produksi manufaktur, khususnya elektronik di Kepri. "Akibatnya terjadi penurunan kontribusi pajak yang berdampak ke Dana Bagi Hasil (DBH)," katanya lagi.
Selanjutnya akibat penurunan produksi, maka terjadi penurunan ekspor ke Tiongkok maupun negara lainnya, yang menyebabnkan penurunan Net Impact Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Investasi pun jadi tertahan karena investor memilih menunggu dan memantau kondisi.
Sejak Januari 2022 hingga Februari 2025, nilai ekspor elektronik Batam ke Amerika tercatat sebesar US$9,36 miliar.
Baca Juga
Nilai ekspor tersebut berasal dari 10 produk utama yakni alat/mesin pembersih debu untuk circuit board, kabel modem dan kartu modem, sel fotovoltaik sebagai bahan baku panel surya, aparatur untuk carrier current line systems, mesin kopi, switchboard dan control panel, kabel penghantar, Uninterruptible Power Supply (UPS), inverter, baterry charger, dan perangkat komponen telepon.
"Di sisi lain, nilai ekspor semikonduktor ke Amerika sebesar US$11,60 juta pada Januari 2022-2025, atau dengan pangsa 0,12% dari total ekspor elektronik Sumatra," ungkapnya.
Ronny kemudian memberikan rekomendasi pada pemerintah daerah dan pelaku usaha untuk menghadapi Tarif Trump, yang akan berlaku sekitar dua bulan lagi.
"Pertama memperkuat upaya menarik investasi pada komoditas unggulan Kepri seperti industri elektronik, kapal laut, mesin dan peralatan mekanis, serta bahan kimia dan anorganik," tuturnya.
Selanjutnya diversifikasi produk dan pasar ekspor. "Kami mendukung upaya diversifikasi produk sesuai dengan inovasi teknologi AI melalui pengembangan Kawasan Industri (KI) Wiraraja yang direncanakan berfokus pada industri semikonduktor dan panel surya," paparnya.
Dan rekomendasi terakhir, yakni mendorong deregulasi dan insentif fiskal untuk menekana biaya. Caranya yakni dengan menjaga iklim usaha melalui kemudahan perizinan, perbaikan regulasi dan mengoptimalkan kebijakan fiskal.
Terpisah, Ketua Bidang Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Himpunan Kawasan Industri (HKI) Indonesia, Tjaw Hioeng mengatakan dengan hadirnya kebijakan Tarif Trump ini, Indonesia harus berani merevisi atau bahkan membebaskan hambatan terhadap barang impor dari Amerika.
Tjaw juga menilai perlu pendekatan tingkat tinggi dengan pemerintah Amerika supaya ada keringanan tarif. "Tapi sejumlah regulasi perlu dibenahi, selain kesiapan infrastruktur hingga sumber daya manusia juga perlu disiapkan," ungkapnya.
Menurut Tjaw, kuncinya ada di regulasi yang konsisten, efisiensi perizinan, kesiapan infrastruktur pendukung kawasan industri berupa ketersedian dan tarif listrik terjangkau, harga gas, jaminan air bersih dan tarif logistik yang kompetetif dan kesiapan sumber daya manusia.
Tjaw juga melihat pemerintah perlu mewaspadai tarif yang lebih rendah yang dikenakan Amerika kepada negara saingan di Asia Tenggara. Fakta tersebut akan menghambat relokasi perusahaan dari China ke Indonesia.
"Kemudian yang perlu diwaspadai yakni Tarif Trump di negara saingan lebih rendah, misalnya Malaysia (24%), Filipina (17%) dan India (26%). Tipikal manufaktur di negara-negara tersebut sama dengan Indonesia," ungkapnya.
China sendiri sudah dikenakan tarif sebesar 54%, yang pastinya akan membuat negara adidaya tersebut mengalihkan produksinya ke negara yang tarifnya lebih rendah, seperti Malaysia dan Filipina.
"Lalu dengan perbedaan 8% Malaysia, bukan tidak mungkn relokasi pabrik dari China akan mengincar KEK Johor Singapura ini, tentu ini harus menjd perhatian luar biasa dari para pimpinan daerah baik di Batam, Bintan dan Karimun, khususnya Batam akan kehilangan per bulan sekitar US$300 juta atau 25% dari total ekspor apabila tidak ada solusi," jelasnya.(239)