Bisnis.com, Lhokseumawe, ACEH - Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Lhokseumawe mendorong komoditas kopi dari Aceh agar mampu mengungkit perekonomian kawasan lewat ekspor green bean (biji) kopi.
Kepala KPw BI Lhokseumawe Prabu Dewanto mengatakan potensi kopi Aceh tak main-main, terutama di 2 (dua) daerah yang terkenal sebagai penghasil kopi Aceh terbesar yakni di Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Sebagaimana diketahui, Aceh terkenal sebagai daerah penghasil kopi (arabika) ternama di Indonesia. Luas lahan perkebunan kopi Aceh per tahun 2023 mencapai 114.000 hektare.
Aceh pun kini menjadi salah satu daerah pengekspor kopi terbesar, di samping batu bara, rempah dan minyak nabati (sawit). Kopi Aceh menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia dengan peminat dari berbagai negara mulai dari Asia, Eropa, hingga Amerika Serikat.
"Potensi kopi di Aceh yang sangat besar ini perlu dijaga. Kami terus mendorong dari hulu ke hilir agar kopi Aceh terus meningkat baik dari sisi produksi maupun pangsa pasarnya sehingga semakin berdampak pada perekonomian," kata Prabu dalam pertemuan dengan tim Bisnis Indonesia Sumut-Aceh di kantor BI Lhokseumawe, Selasa (18/2/2025).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, nilai ekspor komoditas kopi Aceh mencapai US$14,33 juta atau sebanyak 20,12% dari total ekspor per Desember 2024.
Baca Juga
Angka itu naik sekitar 2 kali lipat dibanding nilai ekspor kopi pada November 2024 yang sebesar US$7,66 juta. Hal ini sekaligus menunjukkan betapa penting peran kopi bagi perekonomian Aceh.
Disampaikan Prabu, kendala utama yang dihadapi untuk menjaga posisi kopi sebagai komoditas ekspor unggulan Aceh ialah produktivitas.
Dia menyebut rata-rata lahan petani kopi di Aceh saat ini hanya mampu menghasilkan maksimum 800 kg kopi per hektare. Sementara negara penghasil kopi lain seperti Brazil, kapasitas produksinya bisa mencapai 2-3 ton per hektare.
Prabu mengatakan KPw BI Lhokseumawe saat ini terus mendorong agar petani kopi di Aceh mampu meningkatkan produktivitas kebunnya dengan target bisa menembus hingga 1,5 ton per hektare atau dua kali lipat dari kemampuan tingkat produksi saat ini.
"Salah satu UMKM binaan kami telah 3 tahun belakangan mengembangkan cara tanam kopi yang mirip dengan Brazil. Kalau ini berhasil, kita bisa meningkatkan produktivitas hingga 1,5 ton per hektare," ujarnya.
Adapun sejauh ini KPw BI Lhokseumawe membina 77 UMKM dan pondok pesantren yang tersebar di 10 kabupaten/ kota di wilayah kerjanya. Pembinaan UMKM dan ponpes bertujuan untuk meningkatkan peran keduanya dalam perekonomian.