Bisnis.com, PALEMBANG – Nilai ekspor Sumatra Selatan (Sumsel) pada Desember 2024 lalu tercatat mencapai US$666,88 juta atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel Moh Wahyu Yulianto menerangkan ekspor secara tahunan di Sumsel pada penghujung tahun lalu mengalami pertumbuhan positif sebesar 8,53%.
Kenaikan itu didorong oleh sektor nonmigas yang tumbuh 9,91% atau dari sebelumnya US$574,14 juta menjadi US$631,01 juta.
“Sedangkan dari sektor migas justru terkoreksi (turun) sebesar 11,04%, dari yang sebelumnya US$40,32 juta menjadi US$35,87 juta,” ujarnya, dikutip Selasa (4/2/2025).
Adapun komoditas yang mendorong peningkatan ekspor Sumsel secara year on year (yoy) meliputi karet dan barang dari karet, pulp atau bubur kertas, serta komoditas batubara.
Wahyu menjelaskan ekspor Bumi Sriwijaya berdasarkan sektornya mencatatkan pertanian dengan pertumbuhan ekspor tertinggi mencapai 184,19% dibanding Desember 2023 dengan nilai US$9,99 juta.
Baca Juga
Kemudian untuk sektor lain diantaranya industri senilai US$315,80 juta atau tumbuh 16,22%, pertambangan US$305,22 juta atau meningkat 2,11%, dan sektor migas justru melemah 11,04% menjadi US$35,87 juta.
“Untuk pangsa ekspor terbesar Sumsel masih ke Tiongkok dengan nilai US$2.843,01 atau mencapai 36,98% dan komoditas yang dikirim meliputi bubur kertas/pulp, lignit, dan karet remah,” terang dia.
Di lain sisi, imbuhnya, nilai impor Sumsel pada periode yang sama tercatat US$105,51 juta atau turun 41,10% yoy. Beberapa komoditas yang menjadi penyebab yaitu mesin dan peralatan mekanis, karet dan barang dari karet, serta serelia.
“Jika kita golongkan berdasarkan penggunaan barangnya, dari total impor Sumsel, penggunaan terbesar yaitu untuk barang modal mencapai US$55,29 juta,” kata da.
Denga demikian, neraca perdagangan Sumsel pada Januari 2025 mengalami surplus sebesar US$4,63 miliar, dengan rincian surplus migas US$31,00 juta dan non migas US$530,37 juta.