Bisnis.com, PADANG — Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) yang dilakukan tim Inavis Polda Sumatra Barat pada Jumat (22/11) kemarin mendapatkan total 8 selongsong peluru di dua tempat yang berbeda.
Dari 8 selongsong peluru itu 2 selongsong peluru di lokasi kejadian yakni di parkiran Polres, dan 6 selongsong peluru lainnya di rumah dinas Kapolres Solok Selatan.
Direskrimum Polda Sumbar Kombes Pol Andri Kurniawan menjelaskan setelah Kabag Ops AKP Dadang Iskandar diduga menembak Kasat Reskrim Polres Solok Selatan AKP Ulil Ryanto Ansar. Dadang diduga melepaskan tembakan di rumah dinas Kapolres Solok Selatan.
"Jadi ada beberapa hal baru yang ditemukan dalam olah TKP yang dilakukan oleh tim Inavis Polda Sumbar," katanya, Sabtu (23/11/2024).
Andri menyampaikan hasil olah TKP tim Inavis Polda Sumbar tidak hanya menemukan 2 selongsong peluru di lokasi kejadian, tapi juga menemukan selongsong peluru yang sama di rumah dinas Kapolres Solok Selatan sebanyak 6 selongsong peluru.
Dia menyakini bahwa 6 selongsong peluru yang ditemukan itu merupakan peluru yang berasal dari senjata yang digunakan Kabag Ops Polres Solok Selatan AKP Dadang Iskandar, karena sama dengan 2 selongsong peluru yang ditemukan di parkiran Polres.
Selain itu hasil olah TKP juga menemukan adanya 7 lobang di dinding yang merupakan bekas dari tembakan peluru di dalam rumah dinas kapolres. Namun kondisi di dalam rumah dinas itu, tidak menunjukan adanya tanda-tanda situasi saling serang, yang artinya tembakan terjadi di satu arah saja.
"Tapi jika dibandingkan dengan selongsong peluru yang ditemukan dengan jumlah bekas tembakan peluru di dinding itu. Selongsong peluru yang ditemukan 6, sementara bekas tembakan di dinding 7. Jadi ada yang berbeda, satu selongsong peluru lainnya belum kami temukan," katanya.
"Makanya kini tim sedang mendalami hal tersebut, dan masih melakukan olah TKP lanjutan," sambungnya.
Sedangkan terkait aksi diduga terjadi tembakan di rumah dinas kapolres, hasil olah TKP menyatakan saat itu kapolres berada di rumah. Namun seperti apa situasi yang terjadi saat itu, ujar Andri, sampai saat ini masih didalami oleh personel dari Inavis.