Bisnis.com, PADANG - Kondisi perkebunan kopi di Provinsi Sumatra Barat menunjukkan kabar yang menggembirakan karena di sisi produksi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Sekretaris Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Provinsi Sumbar Ferdinal Asmin mengatakan saat ini bicara soal harga kopi memang sedang baik dan menguntungkan bagi petani.
"Harga lagi bagus, begitu kata petani. Kami pun telah berpesan kepada petani agar tetap bisa menjaga kualitas produksi dan produk yang dibuat agar terus diminati oleh pasar," katanya, Kamis (31/10/2024).
Dia menjelaskan luas perkebunan kopi di Sumbar mencapai 24.135 hektare yang tersebar di 18 kabupaten dan kota. Artinya tidak semua daerah di Sumbar yang memiliki perkebunan kopi.
Adapun daerah terluas memiliki perkebunan kopi berada di Kabupaten Solok 8.693 hektare, Solok Selatan 4.574 hektare, dan lahan yang terbilang masih sedikit berada di Kota Payakumbuh yakni 3,80 hektare saja.
"Kota Pariaman yang tidak memiliki kawasan perkebunan kopi," ujarnya.
Baca Juga
Dari luas lahan itu, total produksi per tahun mencapai 19.148 ton, dan jumlah ini naik setiap tahunnya seperti yang terlihat pada tahun sebelumnya 15.264 hektare.
Dikatakannya dari total produksi kopi itu, untuk jenis kopi yang paling banyak tumbuh tersebut yakni kopi robusta dengan presentasi 75% dan kopi arabika 25%.
Menurutnya melihat bagusnya kondisi perkebunan kopi ini, DTPHP turut memfasilitasi bantuan bibit kopi sebanyak 190 ribu batang di tahun 2024 ini.
Berdasarkan pantauan di lapangan, kata Ferdinal, petani cukup bersemangat menanam kopi ini. Selain itu DTPHP juga memfasilitasi tumbuh kembangnya industri rumah tangga/kecil menengah untuk olahan kopi ini.
"Alhamdulillah, olahan kopi tersebut terus bersinergi dengan coffee shop, karena lagi banyak diminati di tengah-tengah masyarakat di Sumbar khususnya," ujar dia.
Ferdinal menyampaikan bicara soal pangsa pasar untuk kopi Sumbar tidak hanya banyak untuk pasar di dalam daerah, tapi juga banyak dijual di pasar nasional dan internasional.
"Bahkan menurut keterangan komunitas petani kopi di Sumbar, untuk pasar internasional, kopi olahan petani kita sudah menjangkau Eropa dan Amerika," ujarnya.
Sementara itu salah seorang pengusaha kopi atau dikenal dengan Kopi Solok Radjo yang berada di Kabupaten Solok, Teuku Firmansyah menyampaikan kondisi harga kopi di Sumbar di kisaran Rp110.000 per kilogram hingga Rp170.000 per kilogram.
Menurutnya adanya perbedaan harga itu, melihat dari proses panen serta juga melihat dari jenis kopinya. "Kopi arabika yang lebih mahal, dan yang terendah itu ada yang kopi robusta," jelasnya.
Dia menyampaikan kopi yang dijual oleh Solok Radjo itu merupakan kopi yang dipanen dari perkebunan rakyat yang telah lama dibina oleh Solok Radjo.
"Dulu awal kami bergerak itu, Solok Radjo ini membentuk koperasi. Sekarang perkebunan kopi ini masih terus berlanjut dan tumbuh serta berkembang," ujarnya.
Namun kini untuk Solok Radjo lebih kepada mengembangkan bisnis hulu, kata Firmansyah, karena dinilai lebih menguntungkan.
"Dulu memang kami mengekspor kopi ke Amerika dengan jumlah yang banyak. Sekarang tidak lagi, sejak pandemi Covid-19. Ternyata pandemi itu banyak memberikan pengalaman bagi kami pengusaha kopi," ungkap dia.
Diakuinya bahwa Solok Radjo lebih kepada menguatkan pasar di dalam daerah melalui pembukaan outlet Solok Radjo, serta turut menjual produk kopi dalam bentuk biji serta bean atau bubuk.
"Kami melihat usaha bisnis dari hulu ini lebih menjanjikan. Tentu kami berharap kopi di Sumbar terus membaik kualitas dan produksinya, sehingga dapat memberikan dampak ekonomi baik bagi petani maupun bagi pelaku usaha kopinya," katanya.