Bisnis.com, PALEMBANG – Semerbak aroma kopi menyambut pengunjung yang datang ke toko oleh-oleh di Jalan Lintas Pagar Alam-Lahat, Kecamatan Tanjungtebat, Kabupaten Lahat, Sumatra Selatan.
Di dalam toko, Weni Yuniarti Bastian, pemilik usaha tersebut, terlihat sedang memanggang biji kopi menggunakan alat roaster yang dimilikinya.
Sambil memanggang, wanita berusia 51 tahun itu menceritakan perjalanan usahanya yang dimulai dengan memproduksi keripik pisang sederhana menggunakan modal Rp50.000.
Setelah satu tahun berjalan, dia berinisiatif untuk melakukan diversifikasi produk, mulai dari keripik singkong, makaroni ubi jalar ungu, serta berbagai varian keripik lainnya dengan total saat ini ada 37 jenis produk.
Namun, perjalanannya tidak berhenti di situ. Seiring berkembangnya toko oleh-oleh tersebut, muncul banyak pertanyaan dari pelanggan mengenai produk asli daerah, yakni kopi.
“Setelah memproduksi makanan ringan, kami memiliki toko oleh-oleh. Dari sanalah, setiap konsumen yang datang menanyakan tentang kopi asli atau kopi yang enak,” katanya saat dibincangi Bisnis belum lama ini.
Baca Juga
Menyadari adanya peluang, Weni pun mulai menggali dunia kopi dengan melakukan studi banding ke sejumlah daerah, seperti Lampung, serta menghadiri kegiatan pameran kopi yang diselenggarakan di Jakarta.
Hasilnya, dia menemukan bahwa kopi dari Sumatra Selatan (Sumsel), khususnya Kabupaten Lahat dan Pagar Alam, kurang diminati karena memiliki kelemahan pada teknik pengolahan yang belum optimal.
Akhirnya, dia pun mulai menekuni kopi dengan memperhatikan pentingnya proses hulu hingga hilir. Ini mencakup kualitas bibit yang digunakan, proses pemetikan, pemilihan biji kopi, hingga tahap pengolahan kopi yang memenuhi standar para penikmat kopi.
“Jadi, semua harus benar-benar terhubung. Dari panen, kita mengkondisikan kopi petik merah, kemudian mendapatkan hasil cleaning yang benar-benar robusta. Untuk memiliki cita rasa yang baik, penyajian kopi terdiri dari 80% bahan baku yang berkualitas, 30% proses roasting, dan 10% berasal dari keterampilan barista,” jelasnya.
Nasib baik, konsistensi dan tekad Weni pun membuahkan hasil. Kopi yang dia produksi mendapatkan apresiasi sebagai kopi terbaik di Sumsel dan dibawa sebagai logistik KBRI. Prestasi itu sekaligus membuka peluang baru untuk memasarkan produksi kopinya di pasar internasional.
Selain melakukan produksi, Weni juga aktif membuka rumah edukasi yang terbuka untuk umum, termasuk instansi, sekolah, dan perorangan. Di sana, dia memberikan pelatihan tentang kopi serta produk lain yang sesuai dengan potensi daerah masing-masing peserta.
Salah satu yang pernah mengikuti pelatihan di rumah edukasinya adalah Abi La Baba, pemuda asal Desa Serambi, Kecamatan Jarai, Kabupaten Lahat.
Berbekal ilmu yang didapat dari pelatihan, Abi bersama kelompok pemuda lain di sekitar tempat tinggalnya mendorong para petani untuk tidak langsung menjual biji kopi.
Pria yang merupakan Sarjana Administrasi Publik itu juga melakukan hilirisasi, seperti membuat teh dari kulit kopi yang berkualitas baik, serta memanfaatkan kulit kopi yang kurang baik untuk dibuat kompos.
“Jadi, kami berusaha memberikan pengetahuan bahwa petani yang selama ini hanya memiliki pilihan untuk menjual biji kopi secara langsung sebenarnya bisa mengolah kopi tersebut dan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi,” ujarnya.
Dengan demikian, harapannya, kata Abi, 100% kopi bisa dimanfaatkan dan memberikan uang tambahan bagi para petani.
Menyalurkan Energi
Sebagai perusahaan energi, Pertamina ikut ambil andil dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pengembangan komoditas unggulan.
Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel memberikan fasilitas kepada Weni dan Abi dalam mendorong upaya menghasilkan nilai tambah dari kopi.
Salah satu keberhasilan terwujud melalui terjalinnya kerja sama antara toko oleh-oleh Putra Abadi, yang dimiliki oleh Weni, dengan JUTAMAS Food Industries SDN BHD Malaysia, senilai US$50.000, untuk mengekspor kopi beserta produk turunannya.
Junior Officer CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Heru Harianto, mengatakan, pihaknya melihat toko oleh-oleh yang dikembangkan oleh Weni Yuniarti Bastian berpotensi untuk dikembangkan menjadi sentra edukasi di wilayah Lahat.
“Disini sudah menjadi sentra untuk edukasi. Sudah banyak anak sekolah dan pemerintah daerah untuk belajar tentang kopi disini,” kata Heru.
Dia berharap ke depan usaha tersebut benar-benar menjadi sentral yang juga menyediakan akomodasi untuk para wisatawan maupun peserta yang hendak mengikuti pelatihan.
Di samping itu, imbuh Heru, program TJSL yang diberikan pada para pengusaha kopi ini juga dalam rangka mendukung goal SDGs dari pemerintah, berupa pemenuhan pekerja layak dan pertumbuhan ekonomi.
“Jadi dengan adanya pemberdayaan ini, para pengusaha bisa menciptakan peluang usaha baru seperti turunan produk kopi, singkong, ubi dan lainnya,” jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga telah membangun rumah penjemuran kopi guna memfasilitasi Abi dan para petani di Desa Serambi. Dengan adanya rumah penjemuran itu, proses pengolahan kopi dilakukan secara lebih mudah, dan terjaga kualitasnya.
“Kita usahakan agar tidak ada lagi para petani yang menjemur kopinya di jalan atau di tanah pekarangan rumah. Karena hal itu bisa memengaruhi kualitas kopi yang dihasilkan,” kata Heru.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumsel dan Bangka Belitung sebelumnya tengah melakukan kajian terkait akses keuangan yang dapat diberikan kepada petani kopi.
Kepala OJK Sumsel Babel, Arifin Susanto menerangkan, langkah itu ditunjukkan dalam upaya meningkatkan perekonomian, serta keuangan yang merata di seluruh daerah, termasuk mendorong pembiayaan usaha petani kopi di Sumsel Babel.
“Kita sedang kaji untuk akses keuangan [petani kopi] dalam bentuk skema pembiayaan ataupun asuransi untuk mitigasi risiko,” jelasnya.
Menurut Arifin, pihaknya juga akan melakukan kajian lebih lanjut terkait peluang melakukan business matching pembiayaan kepada petani kopi, salah satunya melalui KUR.
“Jadi KUR bisa digunakan untuk kebutuhan petani seperti pupuk, pendampingan petani kopi, maupun pelatihan untuk meningkatkan produksi dan pengembangan usaha kopi,” pungkasnya.