Bisnis.com, PEKANBARU -- Masyarakat Desa Sungai Luar, Kecamatan Batang Tuaka, Kabupaten Indragiri Hilir, selama ini mengalami kesulitan mendapatkan akses air bersih di daerah itu.
Bagaimana tidak, sebagai kawasan pesisir Sumatra yang juga memiliki kontur tanah jenis rawa, kualitas air tanah di daerah itu tidak layak untuk digunakan aktivitas harian seperti kegunaan mandi cuci kakus (MCK).
Biasanya warga lokal mengandalkan air hujan yang ditampung di dalam drum atau tangki-tangki, dan dipakai untuk memenuhi kebutuhan harian. Namun kondisi menjadi makin sulit saat musim kemarau yang tentunya debit air hujan menjadi berkurang. Untuk menyiasati hal tersebut, warga harus membeli air bersih atau air hujan dari daerah lain.
Tapi bila keadaan mendesak, warga terpaksa membeli air isi ulang atau air galon sampai kondisi pasokan air hujan kembali tersedia. Kondisi sulit inilah yang sudah lama dirasakan warga Sungai Luar, Batang Tuaka.
Namun kini warga setempat sudah bisa bernapas lega setelah adanya program wakaf sumur bor air bersih, yang disalurkan melalui inisiatif karyawan Bank Indonesia (BI).
Program wakaf yang dilakukan sejak 2021 ini berhasil menghadirkan solusi air bersih bagi warga yang selama ini kesulitan mengakses air layak konsumsi. Fasilitas sumur bor dan tower air bersih ini dibangun di dua lokasi strategis, yakni RT05 Jalan Kejora dan RT10 Sungai Cakah, yang dimanfaatkan oleh sekitar 40 Kepala Keluarga (KK).
Kaur Perencanaan Desa Sungai Luar, Zainudin menjelaskan bahwa kondisi air bersih di daerah pesisir seperti Desa Sungai Luar sangat sulit, karena air yang tersedia cenderung payau dan warga sebelumnya hanya mengandalkan air hujan yang ditampung.
“Dulu kualitas air di sini sangat rendah, air sumur di sini memiliki pH 1,5 dan tentunya tidak layak pakai, jadi rata-rata mengandalkan air hujan. Namun sekarang sejak adanya program wakaf sumur bor, air yang kami terima sudah lebih layak dikonsumsi dengan pH mencapai 5,” ungkap Zainudin saat dikunjungi tim Jelajah Ekonomi dan Keuangan Syariah (EKSyar) Riau baru-baru ini.
Ahmad Adam, pengelola air bersih di RT05 Jalan Kejora, menjelaskan bahwa pengelolaan air dilakukan secara mandiri oleh warga dengan sistem iuran untuk memastikan keberlanjutan fasilitas. Setiap KK dikenakan biaya Rp100.000 per bulan untuk penggunaan air bersih, dengan tarif Rp5.000 per meter kubik. Untuk pemasangan pipa baru, warga dikenakan biaya sebesar Rp350.000.
“Saat musim panas, kami sangat terbantu dengan adanya air bersih ini. Jika ada kebocoran pada pipa, perbaikannya dilakukan dengan iuran dari warga,” jelas Ahmad Adam, yang mengelola fasilitas ini untuk sekitar 35 rumah.
Program wakaf ini juga mendapat dukungan dari masyarakat setempat, seperti Pak Ardan yang mewakafkan tanah seluas 2x3 meter untuk lokasi pembangunan MCK dan tower air.
Partisipasi warga ini menunjukkan betapa besar kepedulian masyarakat terhadap kebutuhan bersama dan pentingnya air bersih dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya sumur bor wakaf ini, sekitar 4.000 jiwa di Desa Sungai Luar kini dapat menikmati air bersih, meskipun tantangan masih ada terkait ketersediaan air akibat lokasi pesisir yang sering mengalami kekeringan. Wakaf sumur bor ini menjadi solusi bagi warga, yang sebelumnya juga sempat mengajukan bantuan air bersih melalui Baznas.
Inisiatif wakaf sumur bor air bersih dari karyawan BI ini tidak hanya menjadi solusi jangka panjang, tetapi juga harapan baru bagi masyarakat yang sebelumnya kesulitan mendapatkan air layak konsumsi.
Program ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak inisiatif serupa di masa mendatang, guna membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah-daerah yang kesulitan air.
Adapun program Jelajah Ekonomi dan Keuangan Syariah (EKSyar) Riau 2024 ini didukung oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, dan Bank Riau Kepri (BRK) Syariah.