Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelajah UMKM:Parlan Sibarani Sukses Beternak Sapi Sekaligus Bertani Padi Organik

Bisnis beternak sapi dan bertani padi organik sukses dikembangkan bersama oleh Parlan Sibarani
Parlan Sibarani, penggerak pertanian organik dari Kelompok Tani Fajar Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sri Karya, Pematang Setrak, Serdang Bedagai, Sumatra Utara. Bisnis/Delfi Rismayeti
Parlan Sibarani, penggerak pertanian organik dari Kelompok Tani Fajar Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sri Karya, Pematang Setrak, Serdang Bedagai, Sumatra Utara. Bisnis/Delfi Rismayeti

Bisnis.com, MEDAN- Memadukan peternakan sapi tradisional dengan sawah padi organik itu adalah sebuah keuntungan yang berlipat ganda secara ekonomi dan perbaikan lingkungan pertanian.

Tidak banyak petani yang melakukan langkah ini. Tapi Parlan Sibarani, dari Kelompok Tani Fajar, klaster organik dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sri Karya di Serdang Bedagai, Sumatra Utara serius melakukan hal itu hingga menggapai cerita suksesnya.

Pekan lalu, Tim Jelajah Bisnis Indonesia mengunjunginya di rumahnya yang terparkir mesin-mesin pertanian modern di halamannya. Petani sekaligus peternak yang tampilannya sederhana ini mungkin tidak disangka orang kalau dia memiliki peliharaan 100-an ekor sapi pedaging.

Bersama kelompok peternaknya, dia baru saja mengirimkan 240 ekor sapi untuk kebutuhan sapi kurban ke Sumatra Barat, termasuk kebutuhan untuk Masjid Raya Sumatra Barat. Dari 240 ekor sapi yang dikirim tersebut, 76 ekor di antaranya adalah sapi hasil peternakan Parlan.

“Sapi saya digembalakan lepas di sekitar desa ini (Desa Pematang Setrak). Pagi kami lepas dan sore kami giring ke kandang. Ada seratusan sapi yang kami pelihara,” ujarnya kepada Tim Bisnis Indonesia yang melakukan kegiatan Ekspedisi UMKM Champion Sumut 2024.

Yang menarik dari Parlan bukan hanya soal keberhasilannya dalam beternak sapi pedaging hingga punya dari 2 ekor menjadi 100an ekor tersebut. Akan tetapi, kesuksesannya dalam memadukan usaha peternakan sapinya dengan penggarapan sawah organik yang dimilikinya seluas 3 hektare yang berlokasi tak jauh dari kandang sapinya.

Parlan mengolah kotoran dari ratusan sapi yang dipeliharanya menjadi pupuk organik dari hasil proses fermentasi kotoran sapi menjadi pupuk cair berkualitas. Produk pupuk cair itulah yang digunakannya untuk memupuk sawah organiknya dan meniadakan pengunaan pupuk kimia dan racun kimia.

Menurutnya, penggarapan sawah organik ini nyata untuk memperbaiki kualitas lahan pertanian di Pematang Setrak karena tidak memakai produk pupuk kimia dan meningkatkan pendapatan petani penggarapnya dari harga penjualan yang lebih bagus.  

Klaster Sawah Organik Gapoktan Sri Karya

Parlan sebagai Bendahara Poktan (kelompok tani) Fajar bersama-sama dengan anggotanya mengembangkan sawah organik seluas 19 hektare dengan tingkat panen padi mencapai 7-8 ton per hektare untuk sekali panen.

Kelompok petani organik ini berencana memperluas sawah organik hingga mencapai 23 hektare untuk meningkatkan produksi beras organik yang tingkat permintaannya sangat besar di Sumatra Utara.

“Tapi panen kemarin panen kami hanya sekitar 6-7 ton karena ada gangguan El-Nino. Tapi kami yakin kami bisa kembali panen pada kisaran 7-8 ton per hektare,” ujar Parlan, lulusan fakultas hukum dari salah satu perguruan tinggi di Medan tersebut.

Sementara itu, Ketua Poktan Fajar, Wagimin menjelaskan bahwa Gapoktan Sri Karya memiliki luas persawahan mencapai 262 hektare, dimana melalui Poktan Fajar dikembangkan pertanian organik baru seluas 19 hektare.

“Kalau total lahan Poktan Fajar sebagai klaster organic sekitar 23 hektare. Jadi masih ada 5 hektare lahan lagi yang perlu dikembangkan jadi sawah organik,” ujarnya.

Sawah organik yang menghasilkan padi organik bukan sekadar klaim tapi harus memenuhi persyaratan teknis dan prosedur untuk diakui sebagai produk organik di pasar perberasan nasional.

Menurut Wagimin, pihaknya telah mengikuti penilaian dan pengujian dari Sucofindo, perusahaan penilai yang memberikan sertifikasi produk organik.

Poktan Fajar mengemas beras organik bermerek Sri Wangi, beras organik beraroma tanpa kimia dan sehat. Parlan, sebagai pionir sistem peternakan dan pertanian terpadu dalam kelompok tersebut, menyatakan bahwa tidak mudah mengajak petani untuk ikut bertani padi organik karena dianggap susah dan berisiko.

Padahal dalam praktik yang dilakukan oleh Poktan Fajar ternyata menguntungkan dengan hasil panen sama dengan sawah kimia tapi harga beras organik jauh lebih bagus didapatkan oleh petani.

“Kami menjual beras organik itu Rp20.000 per kg, sedangkan beras biasa itu hanya berkisar Rp13.000- Rp15.000,” katanya.

Ditambah lagi, Parlan menghasilkan pupuk organik dari peternakan sapinya sehingga bisa menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih besar dari hasil penjualan beras organiknya.

Dalam pengembangan pertanian organic oleh Poktan Fajar ini terungkap bahwa ada keterlibatan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara sebagai Pembina. Atas prakarsa Bank Indonesia, Foktan Fajar mendapatkan pendampingan dan pelatihan sejak 2012. 

“Kalau saya pribadi lebih meminta didatangkan tenaga-tenaga ahli organik untuk memberi pelatihan ke petani. Setelah itu, kami dibantu alsintan berupa hand tractor 2 unit, traktor 2 unit dan beberapa unit gerobak sorong. Dibantu juga balai pertemuan karena kami sering kedatangan tamu yang ingin belajar ke kami,” ungkap Parlan.

Saat ini, ada 33 petani dari 59 orang petani yang menjadi anggota Poktan Fajar yang sudah melakukan pertanian organik dengan sukses dalam menghasilkan beras organik, bukan hanya untuk dijual ke pasar tetapi juga untuk kebutuhan konsumsi keluarga mereka sendiri. (K68)

Sapi milik Parlan yang berjumlah sekitar 100 ekor tengah merumput. Ratusan ekor sapi ini bagian dari integrasi pertanian dan peternakan yang dikembangkan Parlan, di mana kotoran ternak dijadikan pupuk organik untuk sawah, sebaliknya gabah bekas panen jadi makanan bernutrisi bagi sapi.

Bendahara dan Ketua Poktan Fajar, Parlan Sibarani (paling kanan) dan Wagimin (tengah) menunjukkan beras organik "Sri Wangi" dan pupuk cair organik yang diproduksi kelompok tani mereka ke Kepala Perwakilan Bisnis Indonesia Sumut-Aceh, Irsad, di kediaman Parlan di Desa Pematang Setrak, Serdang Bedagai, Kamis (6/6/2024).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper