Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pegadaian Masih Kuasai Pasar Gadai di Sumut & Aceh

Pegadaian Kanwil Sumbagut masih menguasai pangsa pasar gadai di wilayah tersebut hingga 82% dengan nilai outstanding per Desember 2023 mencapai Rp4,9 triliun.
Nasabah beraktivitas di salah satu kantor cabang Pegadaian, di Jakarta, Senin (31/7/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Nasabah beraktivitas di salah satu kantor cabang Pegadaian, di Jakarta, Senin (31/7/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, MEDAN – Sekalipun pemain bisnis gadai di Sumut dan Aceh mencapai di atas 100 entitas usaha, tapi PT Pegadaian Kanwil Sumbagut masih menguasai pangsa pasar gadai di wilayah tersebut hingga 82% dengan nilai outstanding per Desember 2023 mencapai Rp4,9 triliun.

Capaian outstanding kredit itu juga menunjukkan pertumbuhan kredit gadai sebesar 12,58% dari realisasi tahun lalu yang mencapai Rp4 triliun.

Deputi Operasional Pegadaian Sumbagut Basuki Tri Andayani mengatakan prospek pertumbuhan bisnis gadai di wilayah Sumbagut masih besar, sekalipun pemainnya juga tumbuh cukup besar.

Hal itu, menurutnya, karena model bisnis gadai makin berkembang dan kebutuhan masyarakat terhadap jasa gadai juga semakin besar.

“Ya. Kami masih memegang 82% pangsa pasar bisnis gadai di Aceh dan Sumut, dan kami yakin tahun depan kami masih bisa tumbuh di angka dua digit. Sekarang nilai outstanding gadai kami mencapai Rp4,9 triliun,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (12/12/2023).

Menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pemain gadai di Sumut dan Aceh mencapai ratusan perusahaan. Namun yang resmi hanya 27 perusahaan.

Menjamurnya perusahaan gadai karena regulasinya memudahkan investor untuk terjun di bisnis gadai. Salah satu kemudahan itu adalah dengan modal Rp500 juta bisa buat perusahaan gadai di daerah.

Dikatakan Basuki, strategi yang dilakukan Pegadaian untuk bisa terus bertahan menghadapi perkembangan zaman, ditambah maraknya pertumbuhan bisnis gadai maupun fintech saat ini ialah melalui adaptasi dan inovasi.

Bagaimanapun, lanjutnya, transaksi keuangan digital tidak terelakkan. Pegadaian sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang gadai tertua di Indonesia harus bisa mengikuti permintaan pasar agar tidak ditinggal.

Pegadaian, kata Basuki, bahkan telah lebih dulu mengadopsi transaksi berbasis digital sebelum ramai digalakkan saat pandemi COVID-19 lalu.

“Kami sudah sejak 2018 meluncurkan Pegadaian digital. Makanya, ketika terjadi pandemi dan semua kegiatan termasuk transaksi dialihkan menjadi digital, kami tidak gagap lagi. Hanya perlu menyesuaikan bagian mana kiranya yang perlu diperbaiki,” terang Basuki.

Lebih lanjut, kata Basuki, pendekatan yang dilakukan pegadaian untuk tetap menjadi market leader dalam bisnis gadai tidak hanya sebatas transformasi digital, namun juga transformasi kultur sumber daya manusia (SDM) yang menggerakkannya.

Perilaku konsumen saat ini, menurutnya, menuntut transaksi yang cepat, mudah, dan bisa dilakukan di mana saja, khususnya di rumah sehingga butuh SDM yang cakap lagi andal.

“Kami berpedoman pada prinsip 7G untuk menjaga kelangsungan bisnis gadai kami. Selain berinovasi dalam hal produk dan mengadaptasi teknologi terkini, kami juga melakukan transformasi secara kultural serta memberi kesempatan pegawai kami untuk meng-upgrade pengetahuannya seperti melalui beasiswa pendidikan,” papar Basuki.

Saat ini produk dan layanan Pegadaian semakin beragam mengikuti kebutuhan masyarakat.

Andya Fauzi, Kepala Departemen Business Support Pegadaian Sumbagut mengatakan, Pegadaian saat ini bertransformasi dengan mengubah citra mereka di masyarakat.

“Sedari dulu, gadai selalu dikaitkan dengan kebutuhan mendesak Nah, kami mencoba mengganti campaign kami, bahwa gadai saat ini bisa saja untuk pengelolaan aset yang lebih baik,” kata Fauzi.

Selain bisa menggadai barang, masyarakat juga dimungkinkan untuk mengajukan pinjaman non gadai di Pegadaian.

Pegadaian, lanjut Fauzi, menyediakan ‘gadai fleksi’, fitur layanan kredit yang cepat dan aman sebagai solusi pendanaan yang lebih fleksibel.

Sementara untuk produk non gadai, ada pinjaman KUR Syariah dengan bunga 0,14% per bulan yang penyalurannya saat ini disebut Fauzi telah mencapai Rp278 miliar.

“KUR syariah ini termasuk yang banyak peminatnya lantaran pascapandemi ini UMKM se-Sumut dan Aceh baru menggeliat lagi. Sehingga mereka butuh suntikan dana yang cukup besar dengan bunga ringan,” jelas Fauzi. (K68)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Delfi Rismayeti
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler