Berbagai Upaya Bank Indonesia Tingkatkan Produksi Pangan dan Kendalikan Inflasi

Jelajah UMKM Riau memotret sejumlah UMKM produksi pangan yang berhasil meningkatkan produktivitas setelah mendapatkan program pendampingan dari bank sentral.
Foto: Berbagai Upaya Bank Indonesia Tingkatkan Produksi Pangan dan Kendalikan Inflasi
Foto: Berbagai Upaya Bank Indonesia Tingkatkan Produksi Pangan dan Kendalikan Inflasi

Bisnis, Pekanbaru - Komoditas pangan masih menjadi salah satu pemicu utama kenaikan angka inflasi di Provinsi Riau. Data BPS mencatat angka inflasi bulanan Riau sebesar 0,71% dan inflasi tahunan Riau mencapai 3,26% pada November 2023. Komoditas pangan penyumbang inflasi itu diantaranya cabai merah, bawang merah, cabai rawit, dan gula pasir.

Guna ikut mendorong produksi pangan dan menjaga kestabilan inflasi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau mendukung pengembangan UMKM klaster pangan di wilayah tersebut. Harapannya dengan dukungan yang diberikan, produktivitas petani meningkat dan secara gradual mengurangi ketergantungan Riau terhadap daerah lain, mengingat hingga kini lebih dari 50% suplai bahan pangan ke wilayah itu masih didatangkan dari luar provinsi.

Kepala Bank Indonesia Provinsi Riau Muhamad Nur mengatakan bank sentral melakukan pengembangan UMKM Klaster Pangan Strategis melalui sejumlah upaya, misalnya seperti mendorong penanaman komoditas strategis oleh kelompok tani, kemudian yang terbaru adalah penerapan digital farming pada beberapa kelompok tani.

"Dengan sinergi ini, kami berharap dapat menciptakan dampak positif bagi UMKM di Riau karena dari angka produksi dan penghasilannya meningkat, sehingga petani makin sejahtera dan sejalan dengan harapan upaya pemerataan ekonomi," ungkapnya.

Bisnis Indonesia, melalui program Jelajah UMKM Riau yang didukung oleh Bank Indonesia, memotret sejumlah UMKM produksi pangan yang berhasil meningkatkan produktivitas setelah mendapatkan program pendampingan dari bank sentral tersebut.

Gabungan Kelompok Tani Cagar atau Cabai Kota Garo yang ada di Kampar misalnya. Indra Noval, Ketua Kelompok Tani Jaring Mas Sejahtera (JMS) di Desa Pulau Birandang Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar mengakui kini hasil panen cabai yang didapatnya telah lebih baik dibandingkan sebelum pendampingan BI.

“Kami sudah lama menanam cabai dan memang di daerah ini sudah dikenal sebagai produsen cabai birandang. Lalu pada 2017 kami membentuk komunitas Poktan JMS. Sejak saat itu kami terus aktif melakukan produksi cabai secara mandiri dan memang ya angka hasilnya di sekitar 400 gram sampai maksimal 800 gram per batang dan itu udah paling berat mendapatkan hasil segitu,” ungkapnya.

Pada akhir 2021, saat musim panen cabai, pihaknya bertemu dengan perwakilan Bank Indonesia, dan lahan cabai yang dikelola pihaknya mendapatkan perhatian untuk dikembangkan sebagai klaster ketahanan pangan dan pengendalian inflasi dalam program kerja Bank Sentral.

Dukungan mulai berdatangan. BI memberikan bantuan berupa alat bantu produksi pertanian seperti traktor roda empat, kultivator ukuran sedang dan kecil, mesin rumput, hingga mesin diesel penghisap air untuk membantu irigasi. Hasilnya tidak main-main, anggota Poktan JMS semakin bersemangat dalam menghasilkan cabai birandang. Luas lahan tanaman cabai di desa itu yang awalnya sekitar 5 ha, kini sudah berkembang menjadi 10 ha dan dikelola sekitar 17 petani.

Melihat kegigihan para petani, BI secara konsisten memberikan program dukungan dan pendampingan agar produksi dan kualitas cabai yang dihasilkan terus meningkat. Pada 2022 lalu, Poktan JMS mendapatkan program Demplot Digital Farming, yang membuat sistem produksi tanaman cabai di lokasi itu bisa dikendalikan secara digital dan terukur dengan jelas.

“Manfaatnya kami bisa melakukan penyiraman dan irigasi pupuk tanaman cabai secara otomatis dari HP saja, kemudian bisa melihat dan mengukur kondisi tanah mulai dari unsur hara nya, kemudian kalium, parameter suhu, sampai kepada kelembapan tanah dan ukuran PH tanah,” ungkapnya.

Setelah berjalan satu siklus tanam sejak akhir 2022 dan mulai dipanen pada Maret 2023, angka produksi cabai di demplot itu meroket hingga 150% dibandingkan dengan sistem sebelumnya. Dari angka produksi rerata sebesar 400-800 gram perbatang, kini hasil yang diraih Poktan JMS dari program demplot digital farming bisa mencapai sekitar 2 kg per batang.

Dari kalkulasi pihaknya, dengan luas lahan yang ada sekitar 0,5 ha dan 7.000 batang cabai, hasil yang didapatkan mencapai 14 ton cabai, atau jauh meroket dari produksi sebelumnya yang sekitar 4 ton saja.

Sementara itu di komoditas sayuran dan buah-buahan, Gabungan Kelompok Tani Inflasi Pangan Rendah (Gapoktan Indah) telah memotivasi masyarakat lokal, termasuk Sukidi untuk ikut merasakan kesuksesan menjalankan usaha pertanian tersebut.

"Karena melihat banyak yang berhasil setelah merantau ke Riau, saya akhirnya ikut datang ke Pekanbaru dan mulai menanam sayuran. Dulunya lahan yang kami tanam itu di sekitar AURI. Sekarang alhamdulillah sudah mengelola lahan di Desa Karya Indah, Tapung Kampar," ujarnya.

Setiap harinya, gapoktan ini memproduksi sekitar 10 ton sayuran berbagai jenis seperti sawi, pakcoy, bayam, kangkung, timun, pare, hingga komoditas hortikultura. Hasil sayuran ini sudah dijual ke sejumlah pasar tradisional di Pekanbaru, hingga ke pasar modern. Tidak hanya itu, pemasaran sayur gapoktan ini juga sudah sampai ke antar kota di Riau seperti Bagansiapi-api, Bagan Batu, dan Bengkalis.

Luas lahan yang dikelola kelompok ini mencapai 45 hektare, dan diolah sekitar 75 petani gapoktan. 4 kelompok tani yang tergabung di Gapoktan Indah yaitu Poktan Maju Lestari, Cinta Mata Uang Rupiah (Cimaru), Penanggulangan Inflasi (Pelangi), dan Agro Bersama Jaga Inflasi (Agro Berjasi).

Hasil yang diterima petani ini tidak tanggung-tanggung. Sukidi menyebut dari lahan seluas kurang lebih 1.800 m2 yang dikelolanya, dia bisa mengantongi pendapatan kotor sampai Rp15 juta setiap bulan. Sedangkan untuk petani yang mengolah lahan sekitar 1 ha, duit yang didapatkan itu nilainya sekitar Rp35-40 jutaan. "Dari hitung-hitungan BI, pendapatan seluruh petani Gapoktan Indah setiap bulan dari produksi sayuran dan hortikultura ini bisa di atas Rp1 miliar perbulan," ungkapnya.

Pada akhir 2022 lalu Gapoktan Indah mendapatkan program dukungan digitalisasi pertanian, berupa perangkat digital penyiraman sayuran otomatis yang bisa dikendalikan dari HP dan pompanya menggunakan tenaga listrik dari PLN.

Dari inovasi itu, Sukidi menyebutkan setiap bulannya biaya produksi dari komponen bahan bakar bisa turun sebesar 80%, jika dibandingkan petani harus membeli solar untuk mengoperasikan mesin diesel sebagai sumber energi mesin pompa air.

Tidak hanya dari cabai dan sayuran, komoditas pangan lainnya yang turut diperhatikan bank sentral adalah usaha peternakan sapi, salah satunya di wilayah Kabupaten Siak. Selama ini usaha peternakan kerap dilanda masalah, yang membuatnya tidak dapat bertahan dalam jangka panjang. Namun hal itu berhasil dipecahkan Kelompok Tani Mutiara Indah di Kecamatan Tualang Kabupaten Siak yang merupakan bagian dari Gapoktan Mutiara Siak.

Ketua Poktan Mutiara Indah, Alex Sapirman mengakui usaha ternak sapinya di Siak telah dimulai sejak 15 tahun silam. "Dari 3 ekor sapi diawal peternakan ini terus dikembangkan dengan sistem jual beli, sampailah di 2016 kami mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat berupa Program Nasional Pembibitan Sapi Brahman Cross, sebanyak 25 ekor sapi," ungkapnya.

Karena bantuan sapi sebanyak itu, pihaknya mendapatkan pendampingan, bantuan sarana prasarana, dan berbagai pelatihan dari Bank Indonesia. Bantuan yang didapatkan diantaranya adalah mesin pencacah bahan pakan, kemudian pelatihan bagaimana membuat pakan bergizi, serta mengolah hasil limbah kotoran padat dan cairnya menjadi pupuk organik atau super bokashi.

Melalui pendampingan ini, dirinya mengakui mendapatkan bekal ilmu yang paling bermanfaat dalam usaha peternakan yakni Integrated Farming System atau sistem peternakan terintegrasi. Secara mudahnya Alex menyebut sistem ternak yang dijalankannya itu menerapkan 3 pola hitungan keuntungan yaitu jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

Untuk jangka pendek atau harian, ternak sapi mendatangkan untung dari limbah kotoran yang diubah menjadi pupuk organik. Kemudian pola jangka menengah, ternak sapi bisa mendatangkan untung lewat penggemukan anakan yang kemudian bisa dijual. Terakhir dalam jangka panjang, ternak sapi dijual untuk diambil dagingnya serta untuk momen ibadah kurban yang dilakukan tiap tahun.

Alex merincikan omzet yang didapatkan setiap bulan bisa mencapai ratusan juta hanya dari mengolah limbah kotoran sapi dan dijual sebagai pupuk organik. Saat ini setiap bulan dirinya bisa membuat pupuk hingga 50-100 ton, dan dijual Rp2.000 per kg. Menurutnya usaha yang dijalankan itu terus berkembang dan mencatat kenaikan omzet sekitar 20% setiap tahun.

Berkat berbagai strategi dalam mengelola usaha peternakan itu, Poktan Mutiara Indah pernah mengangkat nama Gapoktan Mutiara Siak di kancah nasional, sebagai penerima Bank Indonesia Award, Klaster Ketahanan Pangan pada 2020 lalu.

Alex berharap dukungan BI terus berlanjut, dan berbagai program pelatihan dan pembinaan, serta kerjasama antara UMKM bisa terus ditingkatkan. Dengan demikian usaha ternak yang ada di daerah akan terus tumbuh berkelanjutan dan tentunya menjaga ketahanan pangan di Bumi Lancang Kuning.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Terpopuler

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler