Bisnis.com, PADANG - Fenomena El Nino yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia tidak serta merta memberikan dampak yang buruk bagi daerah seperti halnya di Provinsi Sumatra Barat khususnya beras.
Dinas Pangan Sumbar mencatat secara keseluruhan ketersediaan beras di daerah ini surplus 20-30 ton per bulannya.
"Kendati tengah dihadang El Nino, produktivitas padi bagus. Buktinya surplus beras di Sumbar," kata Kepala Dinas Pangan Sumbar Syaiful Bahri, Senin (16/10/2023).
Dia menyebutkan Sumbar yang merupakan penghasil beras premium, dapat dikatakan tidak ada persoalan dari sisi ketersediaan berasnya. Hanya saja, masalah yang dihadapi saat ini naiknya harga beras.
Bicara soal harga beras, memang dari dulu harga beras di Sumbar jauh di atas HET (harga eceran tertinggi) yang telah ditentukan Kementerian Perdagangan RI. Namun kondisi yang terjadi akhir-akhir ini, kenaikan beras sudah melanda wilayah Indonesia.
"Beras Sumbar ini memang mahal, kelas premium. Karena selera masyarakat Sumbar itu kurang cocok untuk beras yang nasinya pulen. Makanya petani tanam beras premium," ujarnya.
Baca Juga
Sedangkan untuk beras yang surplus itu, Syaiful menyebutkan banyak dijual ke luar daerah Sumbar, dimana pembelinya merupakan perantau Sumbar yang ada di Jambi, Riau, Palembang, dan bahkan sebagian di daerah Pulau Jawa.
"Jadi yang surplus itu dibeli lagi oleh perantau Sumbar. Ada yang bukan usaha rumah makan, dan ada juga untuk kebutuhan rumah tangga," tegasnya.
Selain adanya ketersediaan beras dari hasil produktivitas pertanian lokal, Badan Urusan Logistik (Bulog) juga turut menopang ketersediaan beras di Sumbar untuk beras medium.Menurutnya dari hasil koordinasi Dinas Pangan dengan Bulog Sumbar, saat ini ketersediaan beras di gudang Bulog mencapai 16.000 ton. Bahkan yang dalam perjalanan untuk menambah stok juga ada sebanyak 8.000 ton.
"Jadi soal ketersediaan pangan yakni beras, untuk wilayah Sumbar aman dan stabil. Bulog menjamin ketersedian itu cukup hingga awal tahun 2024," sebut Syaiful.
Untuk itu, dia menegaskan fenomena El Nino yang terjadi di Sumbar, tidak berdampak begitu besar kepada produktivitas pada.
"Mungkin kalau bicara berdampak, mungkin saja berdampak, tidak masih bisa dikendalikan, dan hal itu kewenangannya bukan di Dinas Pangan, tapi di Dinas Tanaman Pangan," ungkapnya.
Sementara itu, Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar menyebutkan bahwa produktivitas padi hingga pertengahan tahun 2023 masih dalam keadaan stabil.
Kepala Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar Febrina Tri Susila Putri mengatakan melihat dari target produksi padi tahun 2023 adalah 1,4 juta ton gabah kering giling (GKG).
"Dari target itu, sebenarnya kita berharap produksi padi di Sumbar meningkat sekitar 2-3%. Hal ini melihat bagusnya panen padi di Sumbar di tahun ini," katanya.
Dia menyebutkan berdasarkan angka sementara, produksi padi di Sumbar sampai akhir Juli 2023 diperkirakan sekitar 880.000 ton GKG. Artinya telah lebih 50% capaian produksi padi di Sumbar saat ini.
Febrina optimis produksi padi di Sumbar bakal mencapai target yang telah ditetapkan tahun ini yakni 1,4 juta ton GKG.