Bisnis.com, PALEMBANG -- Tren kenaikan harga beras di wilayah Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) masih tetap berlanjut hingga saat ini yaitu di kisaran Rp15.000 per kilogram untuk beras premium dan Rp12.500 per kilogram beras medium.
Menanggapi hal itu, Pj Gubernur Sumsel Agus Fatoni memandang langkah diversifikasi pangan menjadi salah satu upaya tepat untuk mengurangi beban masyarakat disaat harga beras mahal.
"Hampir rata-rata semua harga pangan stabil bahkan turun, hanya beras yang saat ini masih cukup tinggi harganya. Karena itu, kami mengajak masyarakat untuk diversifikasi pangan," kata dia, Senin (16/10/2023).
Menurut Fatoni diversifikasi pangan sebenarnya telah digencarkan oleh pemerintah pusat, dan juga akan dilakukan di Sumsel.
"Kita tidak bisa tergantung dengan beras saja, masih banyak jenis pangan lain yang mengandung karbohidrat seperti tiwul, jagung, singkong, ubi, ketan, dan sebagainya," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumsel Ruzuan Effendi menjelaskan gerakkan diversifikasi pangan sebenarnya sudah ada sejak tahun 1999 dan kini kembali digencarkan.
Baca Juga
"Namun namanya gerakan pangan lokal. Di Sumsel juga terus kita gencarkan gerakan pangan lokal selain beras ini," ungkapnya.
Salah satu upaya pemerintah mendorong gerakan pangan lokal itu salah satunya melalui sosialisasi ke masyarakat dengan mengadakan kegiatan lomba kreasi pangan di 17 kabupaten dan kota.
"Gerakan seperti ini untuk memberi edukasi kepada anak-anak dan masyarakat lebih luas untuk bisa mengenal makanan bergizi yang sehat dan mengenyangkan, selain beras," ujarnya.
Ruzuan menambahkan, meski beras masih jadi pangan utama namun gerakan diversifikasi pangan sudah diterapakan oleh masyarakat. "Meski begitu, edukasi dan sosialisasi kita tetap terus kita lakukan terkait dengan diversifikasi pangan ini. Apalagi memang komoditas pangan seperti jagung, ubi dan sebagainya cukup melimpah di Sumsel," tutupnya.