Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Penyebab Naiknya Harga Beras di Sumut

Kilang padi kesulitan memperoleh gabah sebagai dampak dari banjir yang menerjang beberapa daerah di Sumut, seperti Sei Rampah dan Tanjung Morawa.
Penggilingan beras di Sumut./Ist
Penggilingan beras di Sumut./Ist

Bisnis.com, MEDAN – Pemerintah Provinsi Sumatra Utara (Sumut) bersama Bank Indonesia, Satgas Pangan, serta Perum Bulog Sumut mengecek dua kilang padi di Kabupaten Deliserdang pada Rabu (4/10/2023).

Pengecekan ke kilang dilakukan untuk mencari penyebab kenaikan harga beras di Sumut beberapa bulan terakhir, setelah sebelumnya dilakukan sidak ke pasar-pasar. Dari pengecekan lapangan diketahui, kilang padi kesulitan memperoleh gabah sebagai dampak dari banjir yang menerjang beberapa daerah di Sumut, seperti Sei Rampah dan Tanjung Morawa.

Banjir membuat sebagian besar petani di daerah itu gagal panen, sementara daerah lain belum memasuki masa panen sehingga kelangkaan gabah tak terhindarkan.

"Permasalahannya beruntun. Cuaca ekstrem, banjir juga. Khususnya di sekitar sini sehingga ada gangguan produksi," kata Kepala Biro (Kabiro) Perekonomian Pemprov Sumut Poppy M Hutagalung seusai meninjau kilang padi di Desa Punden Rejo, Tanjung Morawa, Deliserdang, seperti rilis yang diterima Rabu (4/10/2023) malam.

Poppy juga menyebut adanya kerusakan infrastruktur akibat banjir sehingga ikut mempengaruhi kuantitas panen.

Salah satu pengusaha kilang di Punden Rejo, Hadi, mengatakan banjir dan gagal panen membuat kilang-kilang berebut gabah untuk memenuhi permintaan pelanggan. Ini membuat harga gabah meningkat lantaran beberapa kilang berani memasang harga tinggi.

"Rebutan. Jadi, petani menjual gabahnya ke kilang yang berani pasang harga paling tinggi. Kalau kita tidak beli pelanggan kita bisa marah, pindah ke kilang lainnya, mau tidak mau kita harus ikut menaikkan harga," kata Hadi.

Meskipun banyak menguntungkan petani, Hadi berharap kondisi ini tidak terulang lagi karena memberatkan konsumen. "Kami berharap harga gabah stabil kayak dulu, karena waktu langka kami juga banyak mengalami kerugian, ongkos produksinya gak nutup," kata Hadi.

Kendati demikian, Kabiro Perekonomian Pemprov Sumut mengatakan kondisi di kilang yang dikunjungi tim mulai membaik dengan kembali stabilnya harga gabah.

Dari pantauan tim, saat ini harga gabah di kedua kilang sudah turun ke level Rp5.800 per kilogram. Ini lebih rendah dibanding bulan Juli sampai September kemarin yang menyentuh angka Rp7.000 per kilogram. "Mau tidak mau [dengan naiknya harga gabah kemarin, harga] beras juga naik. Kami harap [sekarang] tetap stabil karena sebentar lagi akan ada hari besar," kata Poppy.

Mengantisipasi hal serupa, Sekretaris Dinas Perindustrian, Perdagangan dan ESDM, Yosi Sukmono mengatakan Pemprov Sumut akan terus melakukan langkah-langkah strategis.

Yosi juga menyebut, perlu ada komunikasi yang kuat antara pemerintah, lembaga, petani, dan pelaku usaha. "Kita harus solid lintas sektor termasuk KPPU, BI, Satgas Pangan, Bulog, petani dan pelaku usaha. ketika ada sesuatu yang kurang beres di sana, apa yang harus kita lakukan, kita bincangkan dan kita lakukan langkah bersama," kata Yosi. (K68)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Delfi Rismayeti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper