Bisnis.com, PADANG - Para petani yang ada di Desa Aur Duri Surantih, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, mulai dihadapkan dengan mengeringnya sawah padahal memasuki musim tanam.
"Bibit padi sudah selayaknya untuk ditanam, tapi sawah mengering, tidak bisa untuk ditanam padi. Air yang ada di irigasi juga kering, yang kita harapkan hujan," kata petani Nofri kepada Bisnis, Selasa (3/10/2023).
Dia menyebutkan kondisi mengeringnya air sawah tersebut sudah terpantau terjadi sejak dua pekan terakhir. Namun kondisi semakin parah baru beberapa hari ini, dimana kondisi lumpur sudah mulai keras.
Menurutnya kalau kondisi lumpur sudah keras, maka sulit untuk ditanam padi. Jika pun mulai mengering, setidaknya lumpur sawah masih bisa untuk dicangkul, sehingga masih dengan mudah untuk ditanam padi.
"Untuk menanamkan padi itu, kondisi lumpur di sawah itu minimal harus seperti becek-becek gitu. Nah sekarang, tidak ada lagi becek-becek itu, sudah keras lumpurnya," jelas dia.
Nofri mengatakan cukup luas hamparan sawah di kawasan di dekat sawahnya tersebut, yang mengalami kondisi yang sama. Padahal rata-rata petani hendak memulai musim tanam.
Baca Juga
"Biasanya air di sawah ini tidak pernah kering, karena irigasinya bagus, mengalir terus airnya. Permasalahan yang sekarang, air di irigasinya itu yang sudah mengering, makanya tidak ada air yang mengalir ke sawah," sebutnya.
Dikatakannya kondisi tersebut semakin diperparah, setelah tidak adanya hujan yang turun dalam kurun waktu hampir satu bulan ini. Padahal jika ada hujan turun satu hari saja, telah bisa membantu untuk memulai musim tanam.
Untuk mencari solusi dari kondisi itu, kini Nofri bersama petani lainnya, tengah mengupayakan mengaliri air sawah dengan cara membuat sumur bor di lahan sawah tersebut.
"Hari ni tengah kita upayakan membuat sumur bor bersama petani lain nya. Semoga ditemukan air, jadi kami bisa pula memulai masa tanam," harapnya.
Nofri menduga kondisi yang dialami oleh petani di Desa Aur Duri Surantih itu, dampak dari fenomena El Nino.
Terpisah, sebelumnya Pemprov Sumbar telah memetakan daerah yang bakal berdampak adanya fenomena El Nino.
Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan Dan Hortikultura (BPTPH) Sumbar Suardi mengatakan pihaknya telah melakukan pemantauan di lapangan terkait kondisi-kondisi tanaman pangan di berbagai daerah seiring adanya cuaca ekstrim.
"Pembahasan dan kesiapan telah kita lakukan, serta hasilnya telah kita sampaikan ke pemerintah kabupaten dan kota. El Nino ini memang patut diwaspadai, karena dampaknya bisa mengancam krisis pangan," katanya.
Dia menjelaskan dari pemetaan BPTPH daerah yang bakal terdampak El Nino itu, Kabupaten Tanah Datar, Limapuluh Kota, Sijunjung, Pesisir Selatan, dan Kabupaten Pasaman Barat.
Di daerah itu, sebagian besar sawah-sawahnya merupakan sawah tadah hujan, dan irigasi terbilang kurang memadai. Untuk kondisi yang demikian, langkah-langkah yang bisa dilakukan yakni mempersiapkan pompanisasi atau sumur tancap.
"Jangka panjang perlu dipersiapkan embung di daerah-daerah tadah hujan, dan jangka pendeknya pompanisasi dan sumur tancap itu akan kita lakukan, jika memang kekeringan itu melanda daerah-daerah yang saya sebutkan itu," ujarnya.
Selain melakukan kesiapan dari segi hilirisasi sumber air, BPTPH juga akan mensosialisasikan kepada petani untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia selama El Nino berlangsung.
Menurutnya mengurangi penggunaan pupuk kimia dan lebih memprioritaskan pupuk organik juga akan dapat meningkatkan kelembaban tanah, dan hal itu dapat membantu kesuburan tanah.
"Kalau pupuk organik itu tidak hanya bagus untuk tanaman, tapi juga membuat tanah jadi lembab. Saya sudah menyampaikan ini ke petugas BPTPH di masing-masing kecamatan," tegasnya.
Selain adanya kekhawatiran soal ketersediaan air, Suardi menyatakan serangan hama juga patut diwaspadai, seperti kutu daun. Hama kutu daun tersebut akan menyerang tanaman cabai merah, kacang panjang, dan kedelai.
"Bahayanya, kutu daun ini akan cepat berkembang biak, semakin panas hari, semakin cepat berkembang biaknya. Karena dia tak butuh pejantan untuk beranak, tapi cukup ada cahaya matahari," jelasnya.
Menurutnya untuk mengantisipasi hal itu, maka menyiram tanaman secara teratur penting dilakukan. Artinya semakin lembab, maka akan dapat mengurangi berkembangbiakannya.
"Kalau kutu daun tidak antisipasi, bisa-bisa produksi cabai jadi terganggu. Jika cabai merah jadi terganggu, ujung-ujungnya inflasi patut diwaspadai," ungkapnya.
Untuk itu, Suardi menyatakan antisipasi dan upaya penanganan dampak El Nino telah dipersiapkan. Pemantauan dan sosialisasi telah dilakukan, dia berharap sepanjang El Nino petani di Sumbar dapat bertahan, dan produksi pangan tetap berjalan dengan baik.
Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar menyebutkan bahwa produktivitas padi hingga pertengahan tahun 2023 ini masih dalam keadaan stabil.
Kepala Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar Febrina Tri Susila Putri mengatakan melihat dari target produksi padi tahun 2023 adalah 1,4 juta ton gabah kering giling (GKG).
"Dari target itu, sebenarnya kita berharap produksi padi di Sumbar meningkat sekitar 2 persen hingga 3 persen. Hal ini melihat bagusnya panen padi di Sumbar di tahun ini," katanya kepada Bisnis di Padang.
Dia menyebutkan berdasarkan angka sementara, produksi padi di Sumbar sampai akhir Juli 2023 diperkirakan sekitar 880.000 ton GKG. Artinya telah lebih 50 persen capaian produksi padi di Sumbar saat ini.
Febrina optimis produksi padi di Sumbar bakal mencapai target yang telah ditetapkan tahun ini yakni 1,4 juta ton GKG. Sementara kalau bicara soal persoalan yang terjadi di padi, dia mengaku masih ada kendala yang dihadapi petani antara lain serangan hama dan penyakit serta bencana alam.
"Kita terus lakukan gerakan pengendalian hama bersama petani dan Pemkab dan Pemko, kita harapkan kegagalan panen di bawah 5 persen," harapnya.
Apalagi kini adanya fenomena El Nino di satu tetap perlu diwaspadai. Febrina menyampaikan berdasarkan informasi BMKG, fenomena El Nino di Sumbar berada pada tingkat yang rendah.
Namun fenomena cuaca (hujan lebat) yang ekstrim tentunya mengancam lahan-lahan sawah yang ada. Untuk itu, perlu selalu waspada terhadap kondisi-kondisi ekstrim tersebut.
Menurutnya penyebab dampak El Nino perlu diwaspadai, karena luas lahan baku sawah di Sumbar sekitar 194.000 ha, yang mana sekitar 20.000-30.000 merupakan sawah tadah hujan.
"Sawah terluas tersebar di Kabupaten Pesisir Selatan, Agam, Solok, Tanah Datar dan Padang Pariaman. Sementara sawah tadah hujan banyak terdapat di Pesisir Selatan dan juga tersebar di wilayah sentra sawah tadi," jelasnya.
Untuk itu sangat diharapkan produktivitas padi tetap stabil. Sehingga ketersediaan beras pun terpenuhi. Apalagi adanya kenaikan harga beras, yang artinya jangan sampai produktivitas petani jadi terganggu.
"Kenaikan harga beras di Sumbar mungkin penyebabnya bukan soal stok beras, mungkin ada faktor lain. Karena panen padi di Sumbar baik-baik saja," tutupnya.