Bisnis.com, PADANG — Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatra Barat menargetkan produksi kelapa sawit pada tahun 2023 ini meningkat seiring membaiknya harga sawit.
Sekretaris Dinas Perkebunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumbar Ferdinal Asmin mengatakan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 produksi kelapa sawit di Sumbar sepanjang tahun 2022 sekitar 674.000 ton atau meningkat sekitar 6,5 persen dari tahun sebelumnya.
"Produktivitas ini kita memperkirakan akan terus membaik, karena harga sawit juga terbilang bagus," katanya kepada Bisnis, Senin (28/8/2023).
Menurutnya dari rapat Tim Penetapan Harga TBS Sumbar, untuk harga TBS pada Minggu (27/8) kemarin sekitar Rp2.500 per kilogram.
Dia menjelaskan dari produksi itu dari luas lahan perkebunan kelapa sawit di Sumbar yang mencapai 420 hektare. Dari luas lahan itu, terdiri dari perkebunan rakyat seluas 250.000 hektare dan perkebunan perusahaan sekitar 180.000 hektare.
"Kabupaten penghasil sawit terbesar itu berada di Kabupaten Pasaman Barat, Dharmasraya, Pesisir Selatan, Solok Selatan, Sijunjung, dan Agam," ujarnya.
Baca Juga
Ferdinal menyampaikan untuk luas lahan itu, dapat dipastikan tidak ada penambahan luas lahan perkebunan sawit perusahaan, karena adanya moratorium. Kendati ada kabar baik dari segi produksi, ada persoalan yang masih ditemui di lapangan, seperti halnya konflik lahan dengan masyarakat.
"Persoalan perkebunan kelapa sawit di Sumbar itu mulai dari tentang perkebunan rakyat yang dihadapi menyangkut kualitas tanaman, harga, dan adanya keterlanjuran sawit dalam kawasan hutan," sebutnya.
Diakuinya bahwa kelapa sawit hingga menjadi CPO menjadi komoditas utama Sumbar yang diekspor. Artinya banyak masyarakat Sumbar yang menggantungkan ekonomi dari hasil perkebunan kelapa sawit.
Salah seorang petani sawit di Sutera, Marlis menyebutkan saat ini harga sawit di angka Rp1.350 per kilogram. Harga tersebut cukup bagus bagi perkebunan rakyat. "Harga segitu sebenarnya lumayanlah, daripada dulu hanya Rp700 per kilogram. Harga segitu dibeli oleh pengepul," jelasnya.
Diakuinya bahwa dalam kondisi ekonomi saat ini, harga sawit untuk perkebunan rakyat Rp1.350 itu hanya mampu untuk memenuhi biaya keluarga. Apalagi dia hanya memiliki lahan 1,5 hektare saja. "Bagi saya, ya syukuri saja, yang penting buahnya masih ada yang dipanen. Terpenting jangan sampai harganya di bawah Rp1.000 per kilogram," harapnya.