Bisnis.com, BATAM - Pebisnis dari Negeri Paman Sam, Amerika Serikat mulai mengarahkan pandangan ke Batam. Sebagai kota yang menganut paham kawasan perdagangan bebas, Batam dipandang memiliki komunitas bisnis yang dekat dengan Singapura, dan memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan, khususnya di sektor industri berteknologi tinggi seperi industri semikonduktor dan energi baru dan terbarukan (EBT).
Hal tersebut diungkapkan oleh Managing Director Global Business Services World Trade Center Utah, Dustin Daugherty. Ia merupakan salah satu dari rombongan delegasi pengusaha dari Utah, salah satu negara bagian Amerika Serikat.
Sebelum ke Batam, mereka juga telah mengunjungi Malaysia, Vietnam dan Singapura. "Kami dari Utah, datang untuk melihat kebijakan terkait investasi di sini. Batam ini dekat dengan komunitas bisnis di Singapura. Marketnya juga luas, selain itu punya kawasan perdagangan bebas. Pengembangan industri juga bagus, sangat menjanjikan untuk kedepannya," katanya, Rabu (12/7/2023) saat mengunjungi Kawasan Industri Wiraraja di Kabil, Nongsa, Batam.
Dustin juga melihat pengembangan infrastruktur juga pesat, sehingga mendukung mobilitas industri di Batam.
Menurut dia, Lokasi strategis Batam yang berdekatan dengan dunia internasional dapat dimanfaatkan untuk membentuk komunitas bisnis yang kuat dengan Singapura dan juga Malaysia.
Ia mengaku terkesan setelah melihat kondisi Batam, berikut regulasi perizinan investasi yang ditawarkan kepada calon investor. "Kami sekarang perlu kembali ke Amerika dan membahasnya. Kami perlu membuat rencana investasi di Batam," ungkapnya.
Baca Juga
Setelah meninjau Kawasan Industri Wiraraja, rombongan delegasi pengusaha Utah bergerak menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa Digital Park (NDP) di Nongsa, Batam.
Di tempat yang sama Presiden Direktur Kawasan Industri Wiraraja, Achmad Makruf Maulana mengatakan kunjungan rombongan delegasi pengusaha dari Utah ini merupakan kunjungan balasan. Sebelumnya Makruf yang juga Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kepulauan Riau (Kepri) berkunjung ke Utah, Amerika Serikat akhir Februari lalu.
"Mereka ingin melihat langsung kondisi Batam dan juga menindaklanjuti progres investasi kemarin, karena ada grup investor dari Utah yang mau masuk ke Wiraraja," ungkapnya.
Fokus dari calon investor tersebut yakni untuk berinvestasi di sektor industri manufaktur berteknologi tinggi, khususnya semikonduktor dan turunannya. "Mereka mau produksi di Batam untuk kemudian diekspor kembali ke Amerika," ujarnya.
Rencananya ada delapan perusahaan yang akan masuk ke Batam, dan sudah memberikan syarat untuk menyediakan lahan seluas 200 hektare.
Gubernur Kepri, Ansar Ahmad turut memberikan apresiasi terhadap kunjungan tersebut. "Kepri ini adalah terasnya Indonesia, kita tepat ada di choke point Selat Malaka dari empat choke point di dunia. Jadi setiap tahun ada ribuan kapal yang lewat di Kepri," katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa iklim investasi di Kepri sangat mendukung bagi investor, karena memiliki 4 kawasan Free Trade Zone (FTZ) di tiga pulau berbeda yaitu Batam, Bintan, dan Karimun.
Di dalam kawasan FTZ, terdapat deregulasi atau relaksasi aturan dan regulasi perdagangan yang mempermudah impor dan ekspor barang, termasuk pembebasan pajak, bea cukai, dan prosedur administrasi yang lebih efisien. Kemudahan ini dapat meningkatkan kecepatan dan efisiensi perdagangan, serta mengurangi biaya logistik.
Iklim investasi di Kepri juga semakin kondusif dengan adanya 3 KEK di Kepri, yakni KEK Galang Batang, KEK Batam Aerotechnic, dan KEK Nongsa.
Dalam kuartal pertama tahun 2023, 783 perusahaan asing telah menanamkan modalnya di Kepri dengan nilai investasi yang mencapai Rp3.165.660.800.000. Investasi asing tersebut didominasi oleh investor asal Singapura, Hongkong, RRT, Malaysia, dan Perancis.
Capaian makro ekonomi di Provinsi Kepri juga terus memperlihatkan indikator yang positif. Pertumbuhan ekonomi di Kepri tahun 2022 mencapai 5,09 persen dari 3,43 persen di tahun 2021. Begitu juga dengan inflasi di Kepri yang ada di angka 4,09, lebih rendah dari angka inflasi nasional di angka 4,33. Gini ratio di Kepri pun terus ditekan hingga ke angka 0,325 di tahun 2022.(K65)