Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jangan Panik Saat Harga Saham Anjlok! Simak Tips BEI Berikut

Dalam berinvestasi saham, ada kalanya pergerakan harga dapat berfluktuasi atau mengalami naik dan turun secara signifikan.
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, MEDAN - Pada umumnya, investor yang baru menjajaki pasar saham pasti berharap keuntungan banyak dari modal yang telah ditanamkannya.

Padahal tidak selamanya tren saham mengalami kenaikan ataupun menghasilkan cuan sepanjang waktu. Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatra Utara (Sumut) M Pintor Nasution mengatakan dalam berinvestasi saham, ada kalanya pergerakan harga dapat berfluktuasi atau mengalami naik dan turun secara signifikan.

"Salah satu situasi yang kerap membuat para investor saham panik adalah  ketika harga suatu saham turun karena berbagai faktor. Salah satu variabel yang dapat menyebabkan penurunan harga saham yang signifikan adalah  ketika pasar modal global sedang mengalami koreksi dan berdampak pada  penurunan harga di pasar saham domestik," ujar Pintor, Senin (27/3/2023).

Ketika menghadapi situasi ini, Pintor menyebut investor perlu mempertimbangkan langkah-langkah yang diambil, khususnya hal-hal yang bisa memicu kerugian yang signifikan.  

Pertama, sambung Pintor, tidak panik ketika harga saham yang  ada dalam portofolio mengalami potential loss atau harga sahamnya lebih rendah ketimbang harga saham saat investor membelinya. Apalagi jika harga saham terus merosot. 

"Berusahalah untuk tetap tenang dan jangan panik. Kepanikan bisa memicu pengambilan keputusan yang tergesa-gesa, seperti menjual sekaligus semua saham yang merosot tersebut. Keputusan yang didasarkan pada emosi panik seringkali berbuah kerugian besar," paparnya.

Investor harus memiliki rencana alternatif dalam menghadapi penurunan harga saham jika tidak ingin mengalami loss dengan angka yang lebih besar, salah satunya dengan melakukan evaluasi terkait kondisi keuangan saham perusahaan yang dimiliki. 

Jika berdasarkan analisis yang dilakukan kondisi keuangan perusahaan masih cenderung optimis, Pintor menilai investor dapat mempertimbangkan untuk mempertahankan saham emiten tersebut.   

Kedua, tambah Pintor, investor bisa memutuskan untuk mengoleksi  saham-saham yang sudah tergolong murah atau ketika harga saham tersebut sedang mengalami penurunan. 

Metode investasi ini bisa diaplikasikan diikuti dengan pertimbangan kinerja keuangan dan prospek bisnis perusahaan di masa depan. Dengan demikian, hal ini juga berpotensi  membawa harga saham yang  sebelumnya  turun, kembali naik jika situasi pasar global dan domestik ikut membaik. 

"Di sisi lain, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi harga saham. Saham suatu perusahaan bisa saja turun harganya karena kondisi ekonomi sedang tidak bagus, padahal secara keseluruhan kondisi perusahaannya masih sangat bagus. Saham perusahaan yang kondisi keuangannya masih baik inilah yang menjadi sasaran investor," jelasnya.

Berdasarkan pengamatannya, Pintor menjelaskan perusahaan dengan kondisi keuangan yang sehat, pengelolaan yang kredibel, serta proyeksi yang bagus di masa mendatang, memiliki potensi saham yang menjanjikan pula. Sehingga jika pembelian saham dilakukan saat harga sedang turun, investor dapat memperoleh imbal yang lebih besar di masa depan.  

"Ketiga, mempersiapkan diri ketika menghadapi  kerugian. Dalam berinvestasi saham, investor  berpeluang mengalami kerugian ketika menjual saham tersebut. Jika memang situasinya tak bisa lagi diselamatkan dan tak ada tanda-tanda bahwa perusahaan akan kembali bangkit dari kondisinya yang terpuruk, memutuskan untuk menjual saham di harga yang rendah bisa menjadi pilihan yang tepat," tambahnya lagi.

Keputusan ini dikenal dengan aksi cut loss, yaitu guna menghindari kerugian yang semakin besar jika harga saham terus melorot.

Jika kondisi ekonomi relatif stabil, begitu pun dengan perusahaan yang bergerak di industri yang sama, menjual saham di harga yang cukup rendah di situasi tersebut dipercaya dapat menghindarkan investor dari risiko kerugian yang lebih banyak lagi.

"Jadi, saat melakukan investasi saham, investor sudah harus siap dengan berbagai hal yang tak terduga. Harga saham bisa naik dan turun tanpa diduga, sehingga hal penting yang harus dilakukan adalah mengikuti strategi yang sudah dipersiapkan dalam menghadapinya," timpal Pintor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ade Nurhaliza
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper