Bisnis.com, MEDAN - Kelanjutan proses Initial Public Offering (IPO) PT Bank Sumut harus tertunda dampak dinamika yang saat ini tengah terjadi di pasar modal.
Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin berpendapat bahwa langkah yang dilakukan oleh Bank Sumut terkait IPO hingga saat ini sudah yang terbaik.
"Pada dasarnya secara fundamental kinerja keuangan Bank Sumut sangat bagus, layak untuk IPO. Tetapi kondisi bursa yang kinerjanya naik turun di awal tahun, dan saya melihat potensi tekanannya masih berlanjut, ditambah dengan posisi direktur utama yang kosong, memang tidak ada salahnya jika menunda IPO tersebut," ujar Gunawan kepada Bisnis, Selasa (31/1/2023).
Menurutnya ditengah himpitan pasar saat ini, IPO memang akan terkejar jika dipaksakan. Namun konsekuensi yang harus dihadapi adalah biaya yang juga sangat besar.
"Saat ini investor itu selalu berharap harga saham setelah IPO itu bisa naik ketika melantai di bursa. Dengan situasi yang sekarang, mengkondisikan harga saham naik setelah IPO itu bukanlah perkara mudah," sambung Gunawan.
Karena tren kinerja pasar saham di tahun 2023 ini sangat berpeluang membentuk tren turun. Sehingga dibutuhkan upaya ekstra untuk menjaga harga saham di pasar skunder atau dikenal dengan istilah greenshoe.
Hal tersebut pun akan sangat berpengaruh kepada minat calon investor yang melakukan bookbuilding. Apalagi dengan situasi saat ini dimana greenshoe yang diragukan keberhasilannya, nantinya justru bisa menurunkan minat calon pembeli saham, sekalipun penurunan minat calon pembeli saham bisa diatasi dengan mengalokasikan penjualan kepada pemegang saham yang sudah ada (existing).
"Termasuk juga mengalokasikan saham kepada jajaran direksi, komisaris dan pegawai. Namun tetap saja mereka juga menginginkan saham Bank Sumut naik harganya saat melantai di bursa. Karena sekalipun mereka adalah pihak yang menjalankan bisnis Bank Sumut, namun mereka juga investor Bank Sumut. Sangat manusiawi jika mengharapkan harga saham Bank Sumut naik," tambahnya lagi.
Sekalipun saham Bank Sumut yang ditawarkan lewat skema IPO sebelumnya tergolong murah, namun ada pelajaran lain di bursa saham belakangan ini, yang mana meskipun terjadi kelebihan permintaan saham saat bookbuilding, harga sahamnya justru menurun saat melantai di bursa.
Dengan kondisi yang tengah terjadi, Gunawan mengatakan skala prioritas pertama yang bisa dilakukan Bank Sumut menuju IPO nanti adalah mencari waktu yang tepat.
"Kedua, lakukan RUPS untuk menetapkan direktur utamanya. Dan ketiga, ada perhatian lebih untuk melakukan digitalisasi layanan perbankan Bank Sumut kedepan, agar nilai jual perusahaan mengalami kenaikan," pungkas Gunawan.
Di sisi lain, pengamat ekonomi Core Etika Karyani menyebut terdapat beberapa faktor yang menyebabkan diundurnya momen melantai emiten BSMT ini antara lainnya adalah besarnya jumlah dana yang dicari, yakni Rp1 - Rp1,5 triliun.
"Termasuk size besar, kondisi market untuk himpun dana lagi nggak kondusif (semester 1)," ujar Etika.
Selain itu Etika juga berpendapat bahwa minat investor ritel ke Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat ini tergolong sangat rendah jika dibandingkan dengan masa sebelumnya.
Ditambah dengan adanya isu penonaktifan direktur utama saat menjelang book building dan masih kurang lengkapnya dokumen pun dinilainya ikut memengaruhi perubahan jadwal melantainya Bank Pembangunan Daerah (BPD) terbesar di luar Pulau Jawa itu di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sebagai upaya yang dapat dilakukan menuju IPO, Etika menyampaikan ada hal-hal yang perlu dilakukan oleh Bank Sumut.
"Mengajukan ulang dengan daftar ulang laporan keuangannya. Bank Sumut harus memberikan penjelasan kenapa IPO belum terealisasi, kendala dan penyebabnya harus diungkapkan," tutupnya.