Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengeluaran Pemerintah Jadi Penekan Pertumbuhan Inflasi di Sumut

BPS mencatat inflasi tahun ke tahun yang terjadi di Sumut mencapai 6,12 year on year (yoy) pada 2022, yang merupakan tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Pedagang cabai melayani pembeli di salah satu pasar di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Eusebio Chysnamurti
Pedagang cabai melayani pembeli di salah satu pasar di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Eusebio Chysnamurti

Bisnis.com, MEDAN - Badan Pusat Statistik mencatat inflasi tahun ke tahun yang terjadi di Sumatra Utara (Sumut) mencapai 6,12 year on year (yoy) pada 2022, yang merupakan tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sempat menjadi indikator naiknya inflasi pada bulan September 2022 lalu. Dari 5 persen angka inflasi di September 2022, BBM mendominasi kenaikan dengan menyumbang angka 1 persennya.

Hal tersebut diungkap oleh Kepala Biro Perekonomian Sumut Naslindo Sirait pada Selasa (3/1/2023). Ia menjelaskan bahwa meski kenaikan BBM sempat berpengaruh besar, namun pada akhir 2022 pengaruhnya sudah tidak sebesar itu.

"Justru, yang paling berpengaruh pada inflasi di akhir tahun adalah harga pangan pokok," jelasnya.

Diketahui harga komoditas pangan di Sumut berfluktuasi dalam beberapa pekan terakhir. Mulai dari harga cabai merah, telur ayam ras, gula pasir, beras, hingga sayuran sempat mengalami kenaikan yang cukup beragam. Salah satu pemicu kenaikan yakni gagal panen akibat faktor cuaca ekstrem yang melanda wilayah pemasok.

Begitu pun, Naslindo mengatakan pemerintah Sumut akan mengambil sikap akan kemungkinan tingginya angka inflasi yang dipengaruhi oleh bahan bakar dengan memberikan subsidi transportasi angkutan kota maupun yang kendaraan yang membawa komoditas strategis.

Namun ia berharap agar pemerintah pusat tidak kembali menaikkan harga BBM kedepannya karena akan sangat berimbas pada kemungkinan tingginya tingkat inflasi yang saat ini tengah ditekan oleh pemerintah daerah. Apalagi dengan telah dihapuskannya aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), maka dapat dipastikan tingkat mobilitas akan meningkat pesat dan tentu ini berpengaruh pada naiknya konsumsi BBM dan angka inflasi.

Pemberian bantuan sosial (bansos) pun, menurut Naslindo masih perlu dilakukan oleh pemerintah. Karena dengan adanya bantuan tersebut diyakini dapat menekan pertumbuhan angka inflasi dan memitigasi kemungkinan terburuk lainnya seperti resesi.

Dalam hal menekan inflasi, peningkatan pertumbuhan ekonomi pun diyakini memiliki andil sebagai jalan yang dapat ditempuh terlebih pada kondisi ketidakpastian perekonomi sekarang.

Sayangnya, Naslindo menilai 3 dari 4 komponen penunjang pertumbuhan ekonomi di Sumut tidak sapat berbuat banyak.

Dari sektor ekspor misalnya, menurunnya kondisi ekonomi beberapa mitra dagang seperti China dan India, sangat berpengaruh pada menurunnya tingkat ekspor yang diyakini menjadi pendorong perekonomian.

"Sudah pasti permintaan komoditas seperti CPO (Crude Palm Oil) akan berkurang. Jadi mungkin ekspor kita akan tertekan menurun," timpal Naslindo.

Belum lagi dari konsumsi yang juga dapat dipastikan menurun imbas naiknya suku bunga bank.

"Lalu untuk investasi juga pasti investor akan menunggu melihat, wait and see, dan pasti mereka memilih berinvestasi di negara-negara yang menaikkan suku bunga yang cukup tinggi ya, misalnya seperti Amerika," imbuhnya lagi.

Sebab banyaknya penurunan yang terjadi pada indikator-indikator penentu itu, pengeluaran pemerintah dianggap menjadi satu-satunya jalan yang dapat diandalkan untuk dapat menunjang pertumbuhan ekonomi di Sumut.

"Nah jadi yang bisa kita andalkan satu-satunya adalah pengeluaran pemerintah. Itulah yang dibicarakan oleh bapak Gubernur, bagaimana caranya supaya stimulus pemerintah itu bisa terealisasi. Selama ini kan APBD itu realisasinya di akhir tahun, nah ini ingin kita percepat di triwulan pertama dan triwulan kedua," jelas Naslindo.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ade Nurhaliza
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper