Bisnis.com, PADANG - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatra Barat menyebutkan Kota Bukittinggi menjadi daerah inflasi tertinggi di Pulau Sumatra pada bulan September 2022.
Kepala BPS Sumbar Herum Fajarwati menjelaskan inflasi tertinggi di Bukittinggi itu disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang ditetapkan oleh pemerintah pada awal September 2022.
"Kota Bukittinggi mengalami inflasi sebesar 1,87 persen. Hal ini disebabkan dampak kenaikan harga BBM," katanya, Senin (3/10/2022).
Herum menjelaskan namun bila melihat pada gabungan dua daerah di Sumbar yakni Bukittinggi dan Kota Padang, pada September 2022, Kota Padang mengalami inflasi sebesar 1,34 persen dan Kota Bukittinggi mengalami inflasi sebesar 1,87 persen. Secara agregat, Sumbar mengalami inflasi sebesar 1,39 persen.
Dia mengatakan adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) itu terlihat pada enam kelompok pengeluaran, yakni kelompok transportasi sebesar 7,61 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,25 persen, kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,66 persen, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,21 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,17 persen, dan kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,05 persen.
Herum menjelaskan laju inflasi tahun kalender September 2022 Sumbar atau September 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 6,95 persen.
Sedangkan laju inflasi year on year September 2022 Sumbar atau September 2022 terhadap September 2021 sebesar 8,49 persen.
"Pada September 2022, Sumbar mengalami inflasi sebesar 1,39 persen atau terjadi kenaikan IHK dari 112,64 pada Agustus 2022 menjadi 114,21 pada September 2022," jelasnya.
Menurutnya laju inflasi tahun kalender atau September 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 6,95 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun atau September 2022 terhadap September 2021 Sumbar tercatat sebesar 8,49 persen.
"Jadi beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil dominan terhadap inflasi Sumbar selama September 2022 adalah bensin, beras, angkutan dalam kota, angkutan antar kota, ketupat/lontong sayur, tarif kendaraan roda 2 online, tarif kendaraan travel, solar, tarif kendaraan roda 4 online, daging ayam ras, dan beberapa komoditas lainnya," ujarnya.
Untuk bensin yang merupakan gabungan dari Pertalite dan Pertamax memberikan andil sebesar 0,91 persen dengan inflasi mencapai 24,35 persen. Lalu diikuti oleh beras dengan andil 0,22 persen dan inflasi mencapai 5,35 persen.
Herum menyatakan sementara untuk komoditas yang mengalami penurunan harga dan memberikan andil dominan terhadap deflasi Sumbar September 2022 antara lain angkutan udara, cabai merah, bawang merah, jengkol, emas perhiasan, minyak goreng, bioskop, udang basah, tomat, ikan tongkol/ikan ambu-ambu, dan beberapa komoditas lainnya.
"Sepertinya langkah-langkah yang dilakukan oleh TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) mulai terlihat. Misalnya cabai merah, sudah turun harganya," kata Herum.
Padahal selama ini yang menyebabkan inflasi di Sumbar adalah cabai merah, bawang merah, jengkol, dan komoditi lainnya. Namun untuk September 2022 ini, komoditas itu malah turun.
"Penyebab inflasi di Sumbar memang dikarenakannya dampak dari kenaikan harga BBM. Karena turunannya seperti transportasi turut naik, baik itu ongkos atau biaya angkutan barang," ujarnya.
Herim merinci pada September 2022, dari 90 kota IHK sebanyak 88 kota mengalami inflasi dan dua kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Bukittinggi sebesar 1,87 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Merauke sebesar 0,07 persen.
Sementara itu, deflasi tertinggi terjadi di Kota Manokwari sebesar 0,64 persen dan terendah di Timika sebesar 0,59 persen.
Kota Padang menduduki urutan ke 20 dan Kota Bukittinggi menduduki urutan ke satu dari 88 kota yang mengalami inflasi di Indonesia.
Dari 24 kota IHK di Pulau Sumatera pada September 2022, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Bukittinggi sebesar 1,87 persen dan terendah di Kota Sibolga sebesar 0,33 persen.
Kota Padang menduduki urutan ke enam dan Kota Bukittinggi menduduki urutan ke satu dari 24 kota yang mengalami inflasi di Sumatra.