Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur Sumbar Klaim Tekan Inflasi hingga 7,1 Persen

Pemerintah Provinsi Sumatra Barat menyatakan telah berhasil menekan inflasi hingga 7,1 persen.
Pedagang menunjukkan cabai dagangannya di Pasar Kranggan, Yogyakarta, Selasa (21/6/2022). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
Pedagang menunjukkan cabai dagangannya di Pasar Kranggan, Yogyakarta, Selasa (21/6/2022). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Bisnis.com, PADANG - Pemerintah Provinsi Sumatra Barat menyatakan telah berhasil menekan inflasi hingga 7,1 persen.

Gubernur Sumbar Mahyeldi mengatakan pemerintah daerah telah berupaya menekan lajunya inflasi dibandingkan dengan bulan Agustus terjadi deflasi 0,95 persen.

"Kini angka inflasi di Sumbar turun di 7,1 persen. Hal ini akan terus diupayakan hingga angka inflasi berada di bawah 5 persen," Mahyeldi, Jumat (2/9/2022).

Gubernur menjelaskan untuk menekan angka inflasi itu, sejumlah langkah strategis telah dipersiapkan, mulai dari rencana menggelar Pasar Murah, mendorong pendistribusian dana KUR, serta upaya lainnya.

"Pasar Murah itu akan kita gelar pada pertengahan September ini, ada berbagai distributor yang terlibat," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Wahyu Purna mengatakan upaya yang tengah dipersiapkan oleh Pemprov Sumbar tersebut juga turut terlibat dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumbar.

"Harapannya tentu target untuk menekan inflasi lebih rendah itu bisa terwujud," ujarnya.

Wahyu mengatakan melihat pada perkembangan Indek Harga Konsumen (IHK) umum di Sumbar pada Agustus 2022 mengalami deflasi sebesar -0,95 persen (mtm), atau menurun dibandingkan realisasi Juli 2022 yang mengalami inflasi 1,22 persen (mtm).

Secara spasial, deflasi di Sumbar disumbang oleh deflasi Kota Padang sebesar -0,97% (mtm), menurun dibandingkan Juli 2022 yang inflasi 1,35% (mtm).
Dia menjelaskan berdasarkan realisasi inflasi bulanan, Kota padang tercatat berada pada urutan ke-10 dari 24 kota yang mengalami deflasi di Kawasan Sumatra, serta berada pada urutan ke-15 deflasi terdalam dari total 79 kota yang mengalami deflasi di Indonesia.

Lalu untuk Kota Bukittinggi turut menyumbang deflasi di Sumatera Barat pada Agustus 2022 dengan realisasi sebesar -0,91% (mtm), menurun dibandingkan realisasi bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,24 persen (mtm).

Realisasi deflasi bulanan Kota Bukittinggi berada pada urutan ke-12 deflasi terdalam dari 24 kota yang mengalami deflasi di Kawasan Sumatra.
Secara nasional, Kota Bukittinggi berada pada urutan ke-18 deflasi terdalam dari total 79 kota yang mengalami deflasi.

"Secara tahunan, inflasi Sumbar pada Agustus 2022 adalah sebesar 7,11 persen (yoy), atau mengalami penurunan dibandingkan Juli 2022 yang sebesar 8,00 persen (yoy)," katanya.

Menurunnya nilai realisasi inflasi tahunan Sumbar ini tercatat lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi Nasional sebesar 4,69 persen (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi Kawasan Sumatera yang sebesar 5,92 persen (yoy).

Selanjutnya, berdasarkan realisasi inflasi tahun berjalan (sampai dengan Agustus 2022), inflasi Sumatera Barat mencapai 5,48 persen (ytd), juga lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi Nasional yang sebesar 3,63 persen (ytd) maupun realisasi inflasi Kawasan Sumatra 4,41 persen (ytd).

"Deflasi di Sumbar ini pada Agustus 2022 tercatat disumbang oleh penurunan harga komoditas cabai merah, bawang merah, minyak goreng, angkutan udara, dan cabai rawit dengan andil deflasi masing-masing sebesar -0,83 persen, -0,14 persen, -0,06 persen, -0,06 persen, -0,02 persen (mtm)," ujar Wahyu.

Deflasi komoditas cabai merah, bawang merah dan cabe rawit terutama disebabkan oleh meningkatnya jumlah pasokan sejalan dengan mulai masuknya masa panen di wilayah sentra produksi lokal di Sumbar, serta di wilayah asal pasokan lainnya di Pulau Jawa.

Minyak goreng tercatat mengalami penurunan harga didukung oleh kecukupan pasokan dan kestabilan permintaan di Sumbar.

Angkutan udara mengalami deflasi yang disebabkan oleh normalisasi harga tiket pasca lebaran Idul Adha dan masa libur sekolah.

Deflasi di Sumbar yang lebih dalam tertahan oleh inflasi pada komoditas rokok kretek filter, beras, rokok kretek, sabun detergen bubuk/cair, dan telur ayam ras dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,07 persen, 0,06 persen, 0,03 persen, 0,03 persen, 0,02 persen, (mtm).

Inflasi aneka rokok baik rokok kretek filter maupun rokok kretek yang disebabkan oleh transmisi kenaikan cukai rokok rata-rata sebesar 12 persen di tahun 2022 yang mendorong kenaikan harga rokok secara gradual di tingkat eceran.

Komoditas beras mengalami inflasi disebabkan oleh kenaikan biaya produksi sejalan dengan peningkatan harga pupuk serta meningkatnya permintaan di tengah pencairan bantuan sosial ke masyarakat.

Sabun detergen bubuk/cair kembali mengalami kenaikan harga yang disebabkan oleh peningkatan biaya produksi di tingkat produsen.

Kondisi ekonomi global yang belum stabil mendorong kenaikan harga bahan baku terutama bahan baku impor.

Sementara itu telur ayam ras mengalami kenaikan harga akibat meningkatnya permintaan dari wilayah lain di Sumatera maupun dari Pulau Jawa sejalan dengan realisasi penyaluran bantuan sosial pemerintah kepada masyarakat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Noli Hendra
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper