Bisnis.com, PANGKALAN KERINCI -- Asian Agri terus menunjukkan dukungannya untuk mewujudkan pertumbuhan inklusif di desa-desa seputar operasional perusahaan khususnya di Riau, Sumatra Utara, dan Jambi.
Salah satunya melalui pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal ini sejalan dengan komitmen keberlanjutan perusahaan, yaitu Asian Agri 2030.
“Asian Agri 2030 adalah strategi bisnis jangka panjang selama sepuluh (10) tahun ke depan untuk memastikan keberlangsungan bisnis agar sejalan dengan filosofi bisnis grup perusahaan yaitu 5Cs – Good for Community, Country, Climate, Customer, dan Company. Salah satu pilar dari target 2030 Asian Agri adalah pertumbuhan inklusif, yakni mengembangkan UMKM,” ujar Manager Sustainability Operation & CSR Asian Agri Putu Grhyate Yonata Aksa, Selasa (24/5/2022).
Untuk itu ragam kegiatan pun dilakukan oleh Asian Agri yang merupakan bagian dari Grup Royal Golden Eagle, salah satunya dengan melakukan pelatihan UMKM bagi para pelaku UMKM di desa-desa seputar operasional perusahaan yaitu Riau, Jambi dan Sumatra Utara.
Adapun pelatihan yang mengusung tema ‘UMKM Naik Kelas’ dilakukan dengan mendatangkan narasumber dari Rumah Tamadun, yang sejak tahun 2017 sudah aktif menghasilkan produk-produk UMKM seperti produk-produk dari lidi limbah sawit, seperti tas, piring, kotak tisu dan lainya.
“Harapan kami dengan pelatihan UMKM yang akan kami lakukan, nantinya bisa mengembangkan wawasan, keterampilan, serta pemasaran para pelaku UMKM di desa-desa agar UMKM binaan Asian Agri bisa naik kelas. Baik itu, dari unsur kualitas, kuantitas serta perluasan pemasaran produk,” imbuh Putu didampingi Koordinator CSR Asian Agri Wilayah Riau Eko Budi Christyanto.
Pemilik UMKM kerajinan Rumah Tamadun, Hendra Dermawan memaparkan UMKM Naik Kelas bisa terwujud apabila pelaku usaha mengubah cara pikir atau cara pandang dalam mengelola bisnisnya.
"Konsepnya sama, pelaku UMKM ini biasanya menganggap dirinya sebagai pedagang. Tapi saya mengubah mindset bahwa pelaku UMKM adalah pebisnis. Jadi kalau pola pikirnya sudah tertanam sebagai pebisnis akan melihat usaha semakin luas tidak hanya berdagang jual beli saja," ujarnya.
Kemudian dia menyebutkan perlunya mental yang kuat sebagai pebisnis, dengan modal mental itu bisa melihat peluang yang ada dari berbagai potensi bisnis di sekitarnya.
Dia mencontohkan penjual lontong yang menganggap jualannya biasa saja. Padahal apabila yakin dengan usaha itu, bisa melirik potensi pasar yang lain seperti jualan lontong malam, dimana dengan sedikit diferensiasi atau pembeda, akan menjadi poin menarik yang tentu bisa mendatangkan keuntungan bila dikelola sebaik mungkin.
Terakhir dia meminta agar pelaku UMKM untuk fokus dan mendorong peningkatan kualitas produknya agar naik kelas, melalui enam tahap yaitu perizinan, administrasi, quality control produk, personal branding, packaging standar, dan pemasaran melalui jaringan online serta medsos.
"Tentu saja yang paling penting adalah jaringan yang baik dengan berbagai relasi, karena itulah melalui kegiatan UMKM Naik Kelas oleh Asian Agri dan Bisnis Indonesia ini saya harap bisa membuka jaringan bagi semua peserta dan permintaan produk akan semakin meningkat kedepannya," ujarnya.
Adapun pelatihan UMKM ini dilakukan di AALI (Asian Agri Learning Institute), Desa Mekar Jaya, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kab. Pelalawan. Ada 16 UMKM yang ikut serta, berasal dari Sumatera Utara, Riau dan Jambi.
“Peserta pelatihan sebanyak 16 UMKM, 12 dari desa-desa sekitar operasional Asian Agri di Pelalawan, selain itu juga ada 2 UMKM dari Sumut dan 2 dari Jambi. Kami sengaja mengikut sertakan pelaku UMKM dari desa-desa sekitar perusahaan di Sumut dan Jambi juga, agar mereka juga dapat melakukan studi banding sehingga UMKM di Sumut dan Jambi juga bisa naik kelas,” ujar Eko Budi Christyanto, Koordinator CSR Asian Agri Wilayah Riau.
Selain itu, Eko juga menjelaskan bahwa, UMKM yang ikut serta dalam pelatihan ini terdiri dari bidang usaha yang berbeda-beda.
“Adapun pelatihan UMKM ini kami lakukan dari beragam bidang usaha, ada anyaman lidi, peraut lidi, ragam kue kering, kue basah, tumbeng bahkan peternak telur. Dengan tujuan untuk mendukung ragam UMKM di desa-desa bisa tumbuh dan berkembang. Sehingga UMKM di desa-desa bisa memenuhi kebutuhan di wilayahya bahkan dengan pelatihan ini bisa meluas keluar dengan memanfaatkan market place,” pungkas Eko.