Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Rusia vs Ukraina dan Imbasnya Terhadap Ekspor Karet Sumatra Utara

Menurut Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara Edy Irwansyah, Rusia selama ini termasuk negara pangsa ekspor.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, MEDAN - Meningkatnya tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina berdampak terhadap kinerja ekspor komoditas karet asal Sumatra Utara meski tak begitu signifikan.

Menurut Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara Edy Irwansyah, Rusia selama ini termasuk negara pangsa ekspor.

Pada Januari 2022 lalu, atau sebulan sebelum operasi militer spesial ke Ukraina meluncur, Rusia merupakan urutan ke-18 dari total 34 negara tujuan ekspor karet asal Sumatra Utara.

Saat itu, volume karet yang diekspor berjumlah 374 ton. Sedangkan pada Februari 2022 turun menjadi 120 ton. Urutan negara ini sontak anjlok ke urutan ke 22 dari 30 negara tujuan ekspor bulan Februari lalu.

Menurut Edy, penurunan volume ekspor ke Rusia tak lepas dari kondisi geopolitik negara itu saat ini. Terdapat masalah operasional dari pihak perusahaan pelayaran pengangkut karet. Kapal mereka tidak sampai ke Rusia imbas perang dengan Ukraina.

Walaupun terjadi penurunan volume ke Rusia, kata Edy, dampaknya tidak begitu mempengaruhi kinerja ekspor.

"Karena porsinya kecil ke Rusia, yaitu sebesar 0,42 persen dari total ekspor pada Februari 2022. Kalau Ukraina tidak ada (bukan tujuan ekspor karet)," kata Edy kepada Bisnis, Rabu (9/3/2022).

Ekspor komoditas karet dari Sumatra Utara menurun pada Februari 2022 dibanding bulan sebelumnya. Pada Januari 2022, volume ekspor tercatat 32.608 ton. Sedangkan pada Februari 2022 volumenya turun menjadi 28.698 ton alias berkurang 11,99 persen.

Sebenarnya, tren penurunan sudah terlihat pada awal tahun. Pengapalan Januari 2022 tersebut juga menurun dibanding Desember 2021. Penurunannya menyentuh 17,7 persen.

Menurut Edy, penyebab penurunan kinerja ekspor ini tak jauh berbeda dari waktu-waktu sebelumnya.

Yakni penurunan volume yang tajam akibat lemahnya demand atau permintaan dari end user berkurang. Kemudian, persoalan delay shipment atau penundaan pengapalan juga masih kerap terjadi.

"Total volume ekspor Januari dan Februari tahun ini mengalami penurunan 5,65 persen menjadi 61.305 ton bila dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama," kata Edy.

Pada Februari 2022, pangsa ekspor karet asal Sumatra Utara tercatat 30 negara. Lima negara yang paling banyak mengimpor adalah Jepang dengan persentase 39,02 persen, kemudian USA sebesar 11,54 persen, lalu Brazil sebesar 9,83 persen dan China serta Kanada yang masing-masing 9,64 persen dan 7,33 persen.

Pangsa di atas sedikit mengalami pergeseran. Pada Januari 2022, total ada 34 negara tujuan ekspor karet asal Sumatra Utara. Lima besar negara tujuan ekspor adalah Jepang sebesar 27,03 persen, kemudian USA sebesar 12,78 persen, lalu Brazil sebesar 10,73 persen, China sebesar 7,68 persen dan Turki sebesar 6,12 persen.

Edy mengatakan, harga rata-rata karet jenis TSR20 di bursa berjangka Singapura pada Februari 2022 mengalami kenaikan 2,1 sen dibandingkan bulan sebelumnya. Pada bulan lalu harganya menjadi US$1,795 per kilogram. Edy berharap kenaikan harga memicu peningkatan transaksi perdagangan komoditas karet.

"Peningkatan harga ini diharapkan dapat meningkatkan transaksi perdagangan di pasar spot," kata Edy.

Berdasar catatan Badan Pusat Statistik (BPS), total ekspor Sumatra Utara turun sebesar 15,87 persen pada Januari 2022 dibanding Desember 2021. Sedangkan impor tercatat naik sebesar 16,24 persen.

Pada Desember 2021, ekspor Sumatra Utara tercatat US$1,14 miliar. Sedangkan ekspor pada Januari 2022 menjadi US$956,41 juta.

Akan tetapi, nilai ekspor pada Januari 2022 tercatat naik bila dibandingkan ekspor pada Januari 2021. Kenaikannya tercatat mencapai 19,67 persen.

Bila dibandingkan Januari 2021, golongan barang ekspor yang mengalami kenaikan terbesar pada Januari 2022 adalah berbagai produk kimia. Yakni sebesar US$46,54 juta atau naik 54,18 persen. Diikuti golongan bahan kimia organik sebesar US$40,39 juta atau naik 126,16 persen.

Sedangkan golongan yang mengalami penurunan terbesar adalah golongan karet dan barang dari karet sebesar US$14,76 juta atau turun -11,44 persen. Diikuti oleh golongan buah-buahan sebesar US$0,17 juta atau turun -0,70 persen.

Secara sektor, pertanian menyumbang kenaikan nilai ekspor sebesar US$4,19 juta atau 7,41 persen. Sedangkan sektor industri turun sebesar US$184,57 juta atau -17,09 persen.

Kembali ke ekspor karet. Edy menjelaskan, kondisi kebun karet di Sumatra Utara masih akan berada pada musim kering pada Maret 2022. Kondisi ini diprediksi akan mempengaruhi produksi kebun karet sekaligus kinerja ekspor sehingga masih stagnan.

Perkebunan karet di Sumatra Utara mengalami musim gugur daun pada pertengahan Februari 2022. Hal itu mengakibatkan produksi lateks atau getah kental menurun.

Dampaknya, sejumlah perusahaan pengolah karet kurang pasokan bahan baku. Di satu sisi, kondisi ini membuat harga pembelian di tingkat lokal sedikit meningkat.

"Ini sedang trek. Daunnya gugur, getah jadi berkurang," ujar petani asal Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, Bejo, kepada Bisnis, Rabu (16/2/2022) lalu.

Secara alami, daun pohon karet (Hevea brasiliensis) mengalami siklus gugur pada waktu tertentu. Namun menurut Bejo, intensitasnya kian meningkat kurun setahun terakhir.

"Tapi sudah setahun ini jadi sering sekali daunnya gugur," kata Bejo.

Petani lainnya, Iwan, mengatakan bahwa musim gugur telah melanda pepohonan karet di daerah itu sejak beberapa waktu lalu. Akibatnya, produksi lateks berkurang. Saat ini, harga karet mentah mutu tinggi dipatok Rp11.000 per kilogram di tingkat petani.

Menurut Iwan, banyak petani karet atau pemilik lahan pertanian yang kini beralih ke kelapa sawit. Pilihan itu dilandasi perbandingan harga jual yang jauh. Bertani kelapa sawit dianggap lebih menjanjikan ketimbang karet.

"Kalau kami lihat, pemerintah pun selama ini cenderung memperhatikan perkebunan sawit daripada karet. Akhirnya banyak petani yang sekarang mengubah ladang karetnya menjadi ladang sawit," kata Iwan kepada Bisnis.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper