Bisnis.com, BANDA ACEH - PT Bank Aceh Syariah atau Bank Aceh kian serius merambah kancah nasional.
Menyandang gelar bank daerah pertama yang mengadopsi sistem syariah, Bank Aceh tampil percaya diri memperluas jaringannya ke Ibu Kota.
Hasrat itu ditunjukkan oleh peresmian kantor jaringan baru di DKI Jakarta pada 2021 lalu.
Menurut Direktur Utama Bank Aceh Haizir Sulaiman, jaringan baru di Ibu Kota merupakan kantor cabang ke-27 yang dimilki bank tersebut.
Baginya, langkah ini menjadi pondasi sejarah baru untuk Bank Aceh sekaligus pertanda bahwa ekspansi persaingan kancah nasional dimulai.
"Kantor Cabang Jakarta diharapkan dapat menjadi sumber pertumbuhan baru bagi kinerja keuangan Bank Aceh di masa yang akan datang," ujar Haizir, Rabu (16/2/2022).
Di samping fokus pada sektor korporasi, kehadiran Bank Aceh di Jakarta diharap dapat mendukung roadmap perbankan syariah nasional.
"Bank Aceh harus menjadi bagian penting bagi arah pengembangan industri perbankan syariah dan pembangunan ekonomi nasional," ujar Haizir.
Menurut Haizir, harapan di atas tidak mustahil. Apalagi Bank Aceh dinobatkan sebagai bank pertama di Indonesia yang melakukan konversi ke sistem syariah.
Langkah ini pun diikuti oleh sejumlah bank konvensional lainnya. Seperti Bank Nagari, Bank Riau Kepri, dan Bank Bengkulu dan Bank Kalsel.
"Selain Bank NTB yang telah melakukan konversi, saat ini sejumlah bank daerah juga tengah melakukan persiapan bagi proses konversi ke sistem syariah," ujar Haizir.
Tak cuma di Jakarta, Bank Aceh juga meresmikan jaringan Kantor Cabang Pembantu Samadua di Kecamatan Samadua, Kabupaten Aceh Selatan, Aceh, pada tahun lalu.
Haizir menambahkan, Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS) Nomor 11 Tahun 2018 menjadi kekuatan tersendiri bagi Bank Aceh dalam berakselerasi ke sistem syariah.
"Penerapan Qanun memberikan semangat bagi Bank Aceh untuk dapat mensosialisasikan penerapan Qanun dimaksud di daerah ibu kota," ujarnya.
Pada 2021 lalu, kinerja keuangan Bank Aceh tetap tumbuh positif meski roda perekonomian belum pulih sepenuhnya akibat pandemi Covid-19.
Pertumbuhan itu terlihat dari berbagai indikator keuangan. Bahkan rata-rata peningkatannya mampu mencapai dua digit.
Capaian positif yang ditorehkan Bank Aceh, kata Haizir, tak lepas dari dukungan berbagai pihak yang selama ini memberi kepercayaan penuh.
"Alhamdulillah, di tengah kondisi perekonomian yang belum kondusif akibat pandemi, Bank Aceh mampu menunjukkan akselerasi yang baik dengan kinerja yang positif," ujar Haizir.
Dari sisi aset, Bank Aceh membukukan Rp28,2 triliun per Desember 2021. Nilai aset ini meningkat 11 persen dibanding periode yang sama 2020, yakni Rp25,4 triliun.
Peningkatan juga terjadi pada sisi Dana Pihak Ketiga (DPK). Pada Desember 2021, realisasi DPK mencapai Rp24 triliun. Meningkat 11,3 persen bila dibanding periode yang sama 2020, yakni Rp21,5 triliun.
Menurut Haizir, peningkatan DPK dipicu kontribusi positif dari penghimpunan dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) tabungan dan giro. Kontribusinya mencapai 75 persen dari total DPK 2021 lalu.
Dari sisi tabungan, dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp10.5 triliun. Jumlah ini meningkat 15 persen dibanding periode sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan giro tercatat 14 persen menjadi Rp7,4 triliun.
Pada sisi intermediasi, kata Haizir, Bank Aceh telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp16,3 triliun, tumbuh sebesar tujuh persen dibandingkan periode sebelumnya, yakni Rp15,2 triliun.
"Kualitas aset produktif masih on the track, masih lebih baik dari target yang telah ditetapkan," ujar Haizir.
Kinerja apik Bank Aceh pada 2021 tak lepas dari transformasi digital yang dilakukan. Pada tahun lalu, bank ini telah meluncurkan berbagai produk baru berbasis digital.
Di antaranya tambahan fitur layanan Action Mobile Banking, penerapan Quick Response Code Indonesian Standard atau QRIS, Kartu Debit, ATM Setor Tarik, dan Electronic Data Capture (EDC).
Bank Aceh juga telah meluncurkan uang elektronik bernama Pengcard pada 20 Desember 2021. Kehadiran Pengcard merupakan upaya Bank Aceh memperluas jaringan bisnisnya.
"Perubahan perilaku konsumen di tengah pandemi Covid-19 semakin mempercepat akselerasi digitalisasi di seluruh sektor, terutama perbankan. Alhamdulillah, Bank Aceh dapat adaptif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat," ujar Haizir.
Dalam mengembangkan platform transaksi perbankan, Bank Aceh kini fokus memperkuat ekspansi ekosistem digital melalui kolaborasi dengan mitra strategis serta melakukan berbagai inovasi layanan digital.
"Transformasi digital dilakukan dengan fokus untuk mendapatkan efisiensi melalui digitalisasi proses bisnis dan menciptakan value yang baru bagi produk dan layanan Bank Aceh," ujar Haizir.
Sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), kata Haizir, Bank Aceh akan terus bersinergi dengan Pemprov Aceh berserta pemerintah daerah untuk penguatan modal.
Selain berorientasi profit, Bank Aceh juga menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait demi meningkatkan aksesibilitas warga Aceh terhadap layanan perbankan.
Lebih lanjut, Haizir menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang selama ini memberi dukungan penuh kepada Bank Aceh. Di antaranya Gubernur Aceh Nova Iriansyah, para kepala daerah serta unsur DPRA dan DPRK.
"Kami mengucapkan terima kasih yang saat ini terus memberikan dukungan kepada Bank Aceh, baik dalam penguatan modal maupun regulasi," ujarnya.