Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sumatra Utara Alami Deflasi pada Oktober 2021, Berikut Penyebabnya

Dengan angka deflasi tersebut, maka laju inflasi tahun kalender (Oktober 2021 terhadap Desember 2020) sebesar 0,77 persen. Sedangkan inflasi dari tahun ke tahun (yoy) tercatat sebesar 1,86 persen.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, MEDAN - Pada Oktober 2021, Sumatra Utara mengalami deflasi sebesar 0,06 persen. Dari tiga kota yang dijadikan acuan Indeks Harga Konsumen (IHK), hanya dua kota yang mengalami inflasi yaitu Kota Sibolga sebesar 0,11 persen dan Kota Padangsidempuan sebesar 0,06 persen.

Sedangkan tiga kota lainnya mengalami deflasi. Kota Pematangsiantar mengalami deflasi sebesar 0,36 persen, Kota Medan sebesar 0,05 persen, dan Kota Gunung Sitoli sebesar 0,07 persen.

Dengan angka deflasi tersebut, maka laju inflasi tahun kalender (Oktober 2021 terhadap Desember 2020) sebesar 0,77 persen. Sedangkan inflasi dari tahun ke tahun (yoy) tercatat sebesar 1,86 persen.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Utara Syech Suhaimi, laju inflasi Sumatra Utara sudah berada di bawah laju inflasi nasional.

Seperti diketahui, laju inflasi nasional berada di angka 0,93 persen. Sedangkan Sumatra Utara hanya 0,77 persen.

"Kalau kita lihat perkembangan inflasi Sumatra Utara dari bulan per bulan, di mana bulan yang terakhir kemarin di September kita mengalami inflasi 0,29 persen, sedangkan Agustus, kita mengalami deflasi. Sama seperti Bulan Oktober ini," kata Syech, Rabu (3/10/2021).

Syech menjelaskan bahwa terdapat beberapa kelompok barang yang mengalami inflasi maupun deflasi.

Inflasi tertinggi di Sumatra Utara pada Oktober 2021 terjadi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, yakni sebesar 0,18 persen. Ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga menyebabkan inflasi. Seperti pasta gigi, bedak, pembalut wanita, sikat gigi dan parfum.

Sedangkan kelompok barang yang mengalami deflasi atau penurunan harga yang signifikan adalah kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga. Deflasi yang tercatat sebesar 0,54 persen.

Menurut Syech, terdapat beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga menyebabkan deflasi pada kelompok barang tersebut. Di antaranya pengharum cucian atau pelembut pakaian, kemudian penyegar ruangan, pembasmi nyamuk cair dan sabun deterjen.

Selain itu, kelompok barang lain yang mengalami deflasi adalah kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya. Kemudian kelompok makanan, minuman dan tembakau.

Untuk kelompok yang terakhir di atas, terjadi deflasi sebesar 0,19 persen. Ini diakibatkan oleh beberapa komoditas yang mengalami penurunan atau perubahan harga. Di antaranya komoditas sawi hijau, ikan dencis, tomat, pir dan beras.

"Ini yang terjadi penurunan harga," kata Syech.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper