Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nuansa Kebinekaan Menyeruak di Kampung Suku Laut Batam

Kampung Tembuan di Pulau Nipah, Kampung Tiawangkang, pemukiman suku laut di dekat Kampung Tua Gundap, Ngenang, menjadi tempat menetap suku laut di perairan Batam.
Momen saat kegiatan berbuka bersama di Kampung Suku Laut di Pesisir Batam./Bisnis-Bobi Bani.
Momen saat kegiatan berbuka bersama di Kampung Suku Laut di Pesisir Batam./Bisnis-Bobi Bani.

Bisnis.com, BATAM - Pelantang Musala At-Taqwa di Kampung Tembuan, Pulau Nipah, Kelurahan Setokok, Kecamatan Bulang, Batam mengumumkan ada berbuka bersama, sore itu.

Musola yang terletak di sebelah kiri jalan utama ketika masuk ke kampung yang dihuni Suku Laut di pesisir Batam ini perlahan ramai, selepas pengumuman berlalu beberapa saat.

Anak-anak datang berduyun, berjalan melewati tanjakan tak terlalu tinggi untuk sampai di halaman musala. Ditingkahi bergurau, mereka mengambil posisi, mengisi sudut-sudut ruangan, meski sebagian ada yang tetap berlarian di ruangan.

Kaum ibu datang dengan penganan di tangan. Membawanya masuk ke tempat ibadah itu untuk segera ditata di tengah-tamu hadirin yang duduk melingkar.

Sore itu, Yayasan Amal Kembara Indonesia (YAKIN) jadi tamu. Mereka juga membawa sebagian menu berbuka, menambah ramai daftar santap untuk sekitar 100 warga di sana.

Menjelang berbuka, bapak-bapak mulai tampak. Masuk ke musala, bersalaman satu sama lain, lalu duduk di depan hamparan takjil.

Makruf, warga Kampung Tembuan, duduk di sebelah penulis. Setelah bertukar sebum, kami bertanya kabar dan berbagi cerita tentang kampung halaman masing-masing.

Makruf mengaku aktivitas nelayan di kampungnya semakin tak sesuai harapan. Hasil laut semakin sulit didapat sementara kebutuhan terus meningkat.

Keresahan ini mungkin tidak hanya dirasakan Makruuf dan warga Kampung Tembuan saja, tapi juga warga di hampir semua pesisir Batam.

"Saya sekarang lebih banyak cari kayu. Ke laut susah dapat ikan," kata Makruf.

Sementara dari sejumlah tamu yang hadir di acara sore itu, sebagian di antarnya warga nonmuslim. Ternyata ada kebiasaan acara berbuka selalu melibatkan mereka yang berbeda keyakinan, sebagai bagian penguat hubungan antarwarga.

"Di sini memang begitu. Kita libatkan saudara nonmuslim, kita undang mereka. Di Tiawangkang (perkampungan suku laut di Kelurahan Setokok, Kecamatan Bulang) juga begitu," kata Ustaz Subur, tokoh agama di daerah itu.

Nuansa Kebinekaan Menyeruak di Kampung Suku Laut Batam

Meski berbeda secara teknis, ada juga daerah lain yang umat nonmuslimnya bergerak membaur bersama masyarakat muslim menyediakan takjil di tempat ibadah mereka (Vihara atau Gereja), pada prinsipnya gerakan tersebut memiliki tujuan serupa. Menjaga kerukunan antar sesama dengan menghargai satu sama lain.

Di sudut lain, Pengurus Yayasan Amal Kembara Indonesia (YAKIN), Zahrin Rahmat, nampak sibuk mendokumentasikan momen sepanjang acara ini. Ia yang datang dengan beberapa kawannya juga sempai menyampaikan sedikit informasi tentang YAKIN yang pada enam tahun lalu hanya komunitas kecil pemuda pesisir Batam, mereka konsisten bergerak dan berbenah sampai saat ini bisa menjadi yayasan.

Tahun 2020 lalu, Zahrin ternyata juga membuat kegiatan penyaluran takjil di kampung pesisir ini. Setiap hari sepanjang bulan puasa, ada 200 paket takjil yang disebar ke kampung-kampung di pesisir Batam.

Penyaluran sembako untuk janda dan jompo juga menjadi agenda bulanan komunitas ini. Di luar bulan puasa, mereka juga bergerak membagikan makanan pada hari Jumat di setiap pekan.

"Alhamdulilah kami masih bisa ikut berbuka bersama, kami terimakasih banyak pada warga yang menerima kami," kata Zahrin.

Kegiatan ini ditutup dengan salat magrib berjamaah. Sesudah itu, beberapa warga nampak masih bertahan di lokasi mengemasi area utama Musala untuk kegiatan ibadah. Warga lain bergerak kembali ke rumah mereka sembari membawa makanan yang belum sempat dihabiskan.

Kampung Tembuan di Pulau Nipah, Kampung Tiawangkang, pemukiman suku laut di dekat Kampung Tua Gundap, Ngenang, menjadi tempat menetap suku laut di perairan Batam.

Ada banyak versi tentang sejarah dan persebaran suku laut, salah satunya Dinukilkan oleh Dedi Arman dalam tulisannya 'Jejak Orang Suku Laut di Bintan'. Disebutkan kedatangan Suku Laut di Batam dan Kepulauan Riau diperkirakan sekitar tahun 2500—1500 SM sebagai bangsa proto Melayu (Melayu tua) dan kemudian menyebar ke Sumatra melalui Semenanjung Malaka.

Pasca-1500 SM terjadi arus besar migrasi bangsa Deutro Melayu yang mengakibatkan terdesaknya bangsa proto Melayu ke wilayah pantai (daratan pesisir). Kelompok yang terdesak inilah yang kini dikenal sebagai Orang Suku Laut.(K41)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Bobi Bani
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper