Bisnis.com, PALEMBANG - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menyarankan petani untuk menunda menjual produksi gabah mereka karena saat ini harga sedang anjlok.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Sumsel, Raden Bambang Pramono di Palembang, Sabtu (3/4/2021), mengatakan jika pun terpaksa menjual gabah, petani disarankan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sementara waktu saja.
“Jual dulu saja sesuai kebutuhan, tapi untuk hasil panen seluruhnya tahan dulu. Sisanya nanti bisa dijual sampai HPP kembali naik,” kata Bambang.
Saat ini harga gabah anjlok, jauh dari harga pembelian pemerintah (HPP).
Penyebabnya, salah satunya karena terjadi peningkatan produksi sehingga membuat pemerintah kewalahan untuk menyerap beras petani.
Terkait saran ini, pemprov akan menggerakkan 1.000 penyuluh pertanian untuk menginformasikan dan mengedukasi petani agar bisa menahan produksi gabah mereka.
Baca Juga
Ia mengatakan pemerintah terus berupaya agar harga gabah ini kembali stabil, di antaranya dengan memperbaiki tata kelola pascapanen.
Berdasarkan angka statistik 2020, produksi gabah Sumsel mencapai 2,71 juta ton atau setara dengan 1,47 ton beras. Sedangkan untuk konsumsi per tahun dengan jumlah penduduk 8,24 juta jiwa maka hanya membutuhkan 850 ribu ton beras per tahun atau masih surplus di kisaran 900 ribu ton beras.
Proyeksi panen hingga April 2201 diperkirakan mencapai 774 ribu ton GKG atau setara 400 ribu ton beras.
“Tapi yang jelas, Sumsel tertinggi ketiga se-Indonesia untuk serapan gabah, dan pada 22 Maret itu serapan Bulog sudah mencapai 15.000 ton beras,” kata dia.
Ilham, petani Desa Muara Dunia, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir mengeluhkan anjloknya harga gabah pada panen musim tanam pertama tahun ini. Biasanya harga gabah Rp4.200—Rp4.500 per kg, kini hanya Rp3.500 per kg.
“Memang sedapat mungkin kami menahan untuk menjual, tapi kebutuhan hidup juga tidak bisa menunggu. Jadi mau bagaimana lagi, saya pun sudah menjual semua hasil produksi untuk modal musim tanam kedua,” kata Ilham.