Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memperkuat upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjelang musim kemarau yang diperkirakan terjadi pada pertengahan Mei 2021.
Ketua Gapki Sumsel Alex Sugiarto di Palembang, Sabtu (13/3/2021) mengatakan anggota Gapki saat ini sudah mengaktifkan kembali organisasi pengendalian karhutla.
“Perusahaan-perusahaan membenahi kembali tata air dan canal blocking-nya sehingga saat musim kemarau ada cadangan air,” kata dia.
Selain itu pihaknya pun sudah meningkatkan frekuensi patroli dari regu pemadam terutama di wilayah yang rawan kebakaran. Setiap regu harus menjalankan SOP, seperti memiliki daftar piket dan struktur organisasi sehingga ketika terjadi karhutla dapat mengambil langkah-langkah taktis.
Mereka juga diwajibkan menyampaikan laporan kepada aparat hukum setempat apabila terjadi kebakaran, meskipun api belum masuk areal konsesi, serta tanggap membantu memadamkan.
Selain itu perusahaan juga diwajibkan mengaktifkan kelompok tani peduli api, masyarakat, dan desa peduli api, sebagai langkah antisipasi karhutla.
Baca Juga
“Gapki menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi kebakaran yang lebih ditekankan pada pencegahan,” ujar dia.
Gapki juga memastikan kelengkapan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran lahan dan kebun sesuai dengan Permentan Nomor 5 tahun 2018 serta memastikan sarana prasarana telah diperiksa dan siap pakai.
BPBD Sumsel mencatat pada akhir tahun 2020 terjadi penurunan hot spot dibanding tahun sebelumnya yakni hanya terdapat 4.536 titik api. Sementara pada tahun 2019 sebanyak 17.361 titik api. Sedangkan total luas kebakaran pada tahun 2020 yakni 946,33 hektare.
Untuk memaksimalkan upaya pencegahan karhutla pada 2021 ini Pemprov Sulsel menetapkan status siaga darurat karhutla pada Maret 2021 atau lebih awal dibandingkan tahun lalu untuk memaksimalkan mitigasi.
Status siaga darurat karhutla biasanya mulai berlaku pada April, namun tahun 2021 dilakukan lebih cepat lantaran BMKG memperkirakan musim kemarau sudah terjadi di wilayah Sumsel sejak 1 Maret.