Bisnis.com, PALEMBANG – Pemprov Sumatra Selatan mengandalkan teknologi modifikasi cuaca atau TMC sebagai upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan atau karhutla pada tahun ini.
Penerapan TMC tersebut dinilai efektif untuk mencegah karhutla lantaran kondisi musim di Sumsel pada tahun ini cenderung kemarau normal.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengatakan prakiraan cuaca Sumsel berupa kemarau normal sama seperti kondisi pada tahun 2019.
“Sehingga kita perlu waspada. Jika Sumsel kemarau basah seperti tahun 2020 baru itu cenderung aman dari karhutla,” katanya, Rabu (17/2/2021).
Berdasarkan evaluasi penanggulangan karhutla pada tahun 2020, TMC dinilai efektif karena curah hujan tinggi dimaksimalkan pada awal musim penghujan dan awan masih ada.
“Kalau saat akhir sudah tidak ada. Maret baru masuk kemarau dan Juni--Juli puncaknya. Ada perubahan, tahun lalu puncak kemarau pada Agustus--September sehingga sejak Maret sudah kita siagakan,” jelas Ansori.
Dia menerangkan, pada akhir tahun 2020 terjadi penurunan hotspot dibanding tahun sebelumnya.
BPBD Sumsel mencatat hanya terdapat 4.536 titik api sepanjang tahun 2020, sementara pada tahun 2019 sebanyak 17.361 titik api.
Sementara itu, total luas kebakaran pada tahun 2020 yakni 946,33 hektare (ha).
Adapun rincian di 10 daerah rawan kebakaran di Sumsel yaitu Ogan Komering Ilir 531,03 ha, Banyuasin 183,77 ha, Musi Banyuasin 93,53 ha, Musi Rawas 37,52 ha, Muara Enim 35,19 ha, Musi Rawas Utara 23,94 ha.
Selanjutnya, Ogan Ilir 21,07 ha, Empat Lawang 12,41 ha, Penukal Abab Lintang Ilir 6,26 ha dan Lahat 1,40 ha.
Sebelumnya, Gubernur Sumsel menambahkan pemprov juga fokus pada penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) pada pencegahan karhutla tahun ini.
“Nanti juga ada pusat aplikasi pemantau yang dipusatkan di polda dan terhubung ke pemda,” terang dia.