Bisnis.com, PALEMBANG – Penerimaan negara dari bea masuk maupun bea keluar di Sumatra Selatan masih menunjukkan tren positif meskipun di tengah pandemi Covid-19.
Masih lancarnya penerimaan bea masuk dan bea keluar tersebut tidak terlepas dari kegiatan industri bubur kertas, pertambangan dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di Bumi Sriwijaya.
Kepala Bea Cukai Palembang, Abdul Haris, mengatakan realisasi penerimaan Bea Cukai Palembang mencapai Rp70,97 miliar atau mencapai 75,24 persen dari target yang dipatok hingga akhir tahun senilai Rp94,33 miliar.
“Banyak negara yang harus putar otak untuk mempertahankan kestabilan ekonomi di tengah pandemi, tetapi kondisi itu berbanding terbalik dengan penerimaan negara di Bea Cukai Palembang yang masih positif,” paparnya, Selasa (15/9/2020).
Haris menjelaskan bea masuk didominasi dari kegiatan perusahaan berskala besar, yakni PT OKI Pulp and Paper, PT Trakindo dan PT Tanjung Enim Lestari. “Mereka banyak mengimpor mesin, alat berat, parts mesin dan ada juga kayu kasar [PT TEL] sepanjang 8 bulan terakhir,” katanya.
Dia memerinci ketiga perusahaan tersebut berkontribusi terhadap penerimaan bea masuk yang mencapai total Rp61,41 miliar. Bahkan, kata dia, pada saat pengumuman kasus pertama Covid-19 di Indonesia pada Maret, penerimaan bea masuk pada April 2020 di Palembang justru meningkat hingga Rp11,29 miliar.
Baca Juga
Selain itu, dia menambahkan, perolehan bea masuk juga disokong adanya bea masuk tindak pengamanan (BMTP) senilai total Rp2,11 miliar.
“BMTP diberlakukan terhadap komoditas keramik yang masuk melalui kantor Bea Cukai Palembang. Ini juga seiring adanya penambahan BMTP untuk keramik yang berasal dari Vietnam dan India dari semula hanya dari China,” jelas Haris.
Terkait penerimaan dari bea keluar, menurut dia, penyumbang terbesar di Sumsel adalah komoditas CPO dan palm kernel shell atau cangkang sawit.
Adapun perusahaan yang berkontribusi besar terhadap bea keluar, yakni PT Daya Semesta Bio Energy, PT Hindoli dan PT Sinar Alam Permai. Ketiga perusahaan tersebut bergelut di sektor industri sawit.
“Realisasi penerimaan bea keluar totalnya mencapai Rp9,54 miliar. Bea keluar juga bergantung pada harga komoditas, jika harganya bagus maka penerimaan juga berpotensi meningkat dan sebaliknya penerimaan bisa drop jika harga CPO anjlok,” jelasnya.
Dengan capaian tersebut, Haris mengemukakan, pihaknya optimistis penerimaan negara dari bea masuk dan keluar di Sumsel dapat mencapai target tahun 2020.
Sementara itu Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi Bea Cukai Palembang, Dwi Harmawanto, menambahkan masih terdapat sejumlah kegiatan industri di Sumsel yang berpotensi menambah kocek negara.
“Pada bulan September—Oktober sebetulnya ada satu penyumbang bea masuk, yakni proyek pembangungan PLTU Sumsel 8 di Lahat. Harapannya, dapat melebihi target yang diterapkan,” katanya.