Bisnis.com, BANDA ACEH - Minggu pagi, 26 Desember 2004, bencana dahsyat gempa dan tsunami meluluhlantakkan Aceh. Ratusan ribu lebih masyarakat Aceh menjadi korban, setengah juta lainnya kehilangan tempat tinggal.
Jenazah tergeletak di jalanan dan tertimpa di bawah puing-puing bangunan yang runtuh bersama goncangan gempa serta terjangan gelombang lautan.
Kala itu, masyarakat Aceh merasakan kepedihan yang mendalam akibat kehilangan keluarga, kerabat, tetangga, dan teman dekat. Tangisan, pilu, dan air mata akan selalu membekas dalam ingatan para korban.
Aceh menangis, dunia pun ikut berduka.
Bencana ini menyimpan banyak kisah yang tak pernah dilupakan rakyat Aceh, dan dunia sekalipun. Bagaimana tidak? Tsunami tersebut tidak hanya menggoncang bumi Aceh, namun juga hingga bagian negara lain di Benua Asia, seperti India, Thailand, Malaysia, Myanmar, Sri Lanka, dan lainnya.
Dikutip dari History, gempa di Aceh ini menjadi gempa terkuat kedua yang pernah terekam dan menjadi salah satu dari sepuluh bencana terburuk sepanjang masa.
Meski tsunami, bencana yang melanda Aceh ini hampir 16 tahun berlalu, namun bukti kejadian luar biasa ini masih bisa kita saksikan melalui peninggalan-peninggalan dan monumen yang sengaja dibangun unuk mengenang peristiwa tersebut. Salah satu di antaranya ialah Museum Tsunami Aceh.
Museum Tsunami Aceh adalah tempat reflektif untuk mengenang tragedi Tsunami Aceh. “This is the greatest museum who can touch every soul when you get in”.
Museum ini merupakan hasil karya Ridwan Kamil, mantan Wali Kota Bandung (sekarang Gubernur Jawa Barat) yang kala itu masih berprofesi sebagai arsitek. Ia memenangkan sayembara tingkat internasional yang diadakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nanggroe Aceh Darussalam bersama Ikatan Arsitek Indonesia.
Museum empat lantai dengan desain seperti cruise ship ini per lantainya mengisahkan tahapan-tahapan bencana tsunami, dibarengi dengan edukasi mengenai bencana alam dari Badan Geologi.
Bila diperhatikan dari atas, museum tersebut merefleksikan gelombang Tsunami. Namun jika dilihat dari bawah atau tampak depan, bangunan ini seperti sebuah kapal penyelamat dengan geladak yang luas.
Saat memasuki museum ini, ruang pertama yang akan disinggahi pengunjung adalah ruang renungan. Dalam ruangan tersebut terdapat sebuah lorong sempit dengan penerangan yang remang.
Terdapat suara air yang mengalir di sisi kanan dan kiri lorong yang diibaratkan sebagai gemuruh Tsunami saat masa silam, diiringi dengan suara azan yang akan membuat perasaan batin kita semakin campur aduk mengingat betapa mengerikannya bencana tersebut.
Kemudian pada museum ini juga terdapat ruang “The Light of God”, yaitu ruangan berbentuk sumur silinder yang menyorotkan cahaya. Pada puncak ruangan terlihat kaligrafi Arab bertuliskan lafadz “Allah”.
Ruangan ini sangat mengesankan, karena dinding-dindingnya dipenuhi dengan nama-nama korban Tsunami yang tewas dalam bencana tersebut, memutar penuh sampai ke puncak ruangan, serta lantunan ayat suci Alquran yang bisa membuat bulu kuduk merinding.
Keunikan lain museum ini adalah ruang jembatan harapan, jalannya sengaja dibuat memutar supaya kita tahu bagaimana perjuangan masyarakat Aceh saat berusaha menyelamatkan diri dari gelombang tsunami.
Selain itu, terdapat pula 25 bendera negara yang telah berjasa dalam membantu aceh pasca bencana Tsunami.
Pada 2018, Museum Tsunami Aceh terpilih sebagai museum terpopuler dari 400 museum di Indonesia dalam ajang Indonesian Museum Award 2018. Museum Aceh juga memiliki frekuensi kunjungan yang tinggi. Tidak hanya pengunjung dari dalam negeri, tetapi juga dari mancanegara.(M05)