Bisnis.com, PALEMBANG – Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan memastikan segera mengoperasikan pabrik aspal karet untuk mendukung penyerapan karet petani di daerah tersebut.
Rencananya, operasional pabrik yang berlokasi di Kota Sekayu itu bakal dimulai pada pekan ini.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Muba, Herman Mayori mengatakan pembelian karet dalam bentuk lateks padat ini dilakukan di Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB).
“Pabrik ini mengolah lateks padat menjadi bahan campuran aspal hotmix,” kata Herman dalam keterangan resmi, Senin (31/8/2020).
Menurut Herman, pengumpulan bahan dasar ini sudah dilakukan sejak pekan lalu di Kecamatan Sungai Lilin dengan peserta lelang di antaranya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Komposisi aspal karet terdiri atas karet alam sebesar 0,42 persen, aspal minyak 5,58 persen, dan agregat kasar dan halus sebesar 94 persen atau pemanfaatan karet alam adalah 7 persen dari kadar aspal.
“Dengan ada pabrik sendiri ini, Muba berharap dapat menjadi penyuplai kebutuhan aspal karet di Tanah Air, karena sejauh ini hanya pabrik kami yang operasional,” kata dia.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Muba Akhmad Toyibir mengatakan penyerapan dalam negeri berupa aspal karet ini diharapkan dapat mendongkrak harga di tingkat petani di tengah anjloknya harga di pasar internasional.
Dia mengatakan sejauh ini Muba menjadi kabupaten dengan jumlah UPPB terbanyak di Sumsel yakni 80 unit yang sudah teregistrasi. Harga jual di UPPB ini diyakini jauh lebih baik jika dibandingkan petani menjual ke tengkulak.
“Bahkan kami sedang merancang sistem pelelangan di UPPB menggunakan sistem digital yakni satu penawar memiliki satu user ID,” ujarnya.
Saat ini Pemkab gencar mengedukasi petani untuk menjual lateks padat dibadingkan hanya sebatas mengolah menjadi bahan olahan karet (bokar).
Dia mengatakan harga lateks padat jauh lebih tinggi dibandingkan bokar yakni dengan selisih Rp6.000 per kilogram. Jika bokar hanya dibanderol Rp9.000 per kg, sedangkan lateks padat bisa menembus Rp16.000 per kg.
Untuk membuat petani karet di Muba mau beralih, Pemkab menstimulus dengan memberikan mesin sentrifuge di Desa Cipta Praja, Kecamatan Sungai Lilin pada akhir Oktober mendatang.
"Tantangan bagi para tani merubah pola prilaku pengolahan karet karena lateks kebun harus dipertahankan tingkat kecairannya oleh petani, kemudian dibawa ke UPPB untuk diolah di mesin sentrifuge hingga jadi lateks pekat,” jelasnya.
Sejauh ini, sebagian besar karet petani Muba diolah oleh pabrik crum rubber menjadi sir 20 yang 70 persennya digunakan untuk industri ban dan sisanya untuk industri lain seperti spare part, busa, sandal , sepatu, bantalan dan lain lain.
Adapun, khusus untuk aspal karet, Muba yang masuk ke dalan Satker Wilayah 1 mendapatkan alokasikan Rp5,2 miliar untuk pembelian karet rakyat melalui lelang karet di UPPB yang diikuti Kemen PUPR.