Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asosiasi Petani Atur Strategi Agar Harga Karet Tetap Tinggi

Petani berharap Bupati Kuansing membuat imbauan sebuah Gerakan Pemasaran Bersama Bokar Bersih.
Ilustrasi./Antara-Syifa Yulinnas
Ilustrasi./Antara-Syifa Yulinnas

Bisnis.com, PEKANBARU — Asosiasi Petani Karet Kuantan Singingi (Apkarkusi) punya cara bagaimana menjaga kualitas dan harga karet tetap tinggi mengusung konsep satu tempat satu waktu satu mutu satu harga atau 4S.

Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau ditetapkan sebagai klaster karet, lantaran menurut data Dinas Pertanian Kuansing 2017, luas lahan karet mencapai 139.108 Ha dengan produksi tahunan 83.652 ton. Mulai dari penyediaan kebun entris, pembinaan penangkar karet, pemeliharaan sesuai standar Good Agricultur Practice (GAP), penanganan panen dan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil, serta pengembangan industri hilir produk berbasis karet.

Dinas Pertanian Kuansing khususnya bidang perkebunan membina Apkarkusi, memiliki Badan Usaha Milik Petani (BUMP) berupa Koperasi produsen dan PT. Apkarkusi Mutiara Nagori.

“Kami berharap Bupati Kuansing membuat imbauan sebuah Gerakan Pemasaran Bersama Bokar Bersih,” kata Syoffinal ketua koperasi Apkarkusi kepada Bisnis, Senin (10/8/2020).

Gerakan ini bertujuan mengajak petani yang ada di Kuansing tergabung Apkarkusi. Strateginya di kabupaten itu terdiri 218 desa. Penyuluh pertanian dibantu Tim Pembina Bokar beri tanggung jawab membina satu kelompok satu desa, maka akan ada 218 kelompok percontohan yang dapat berkembang di semua desa. Lantaran okupasi lahan petani masih sedikit yaitu 1.635 Ha, dengan kelompok petani 48 atau jumlah petani terlibat 2.117 orang.

Sebagian besar petani menjual hasil perkebunan karet secara perorangan kepada tauke atau swadaya. Kondisi ini membuat posisi petani karet menjadi lemah, alasannya harga sudah ditetapkan langsung tauke. Apalagi, jika petani tersebut punya pinjaman modal, susah untuk menjual ke pihak lain.

Syoffinal punya dua cara agar tidak berselisih paham dengan tauke. Pertama, Apkarkusi menjaring petani karet yang tak punya ikatan kepada tauke. Kedua, petani yang sudah bergabung memiliki simpanan dari potongan misalkan Rp 300 setiap kg. Dana tersebut dipakai salah satunya untuk petani yang ingin bergabung dengan kelompok tani binaan Apkarkusi tetapi masih memiliki hutang. Cara ini berhasil tingkatkan kelompok tani yang tadinya 16 berkembang menjadi 48.

Sistem pemasaran hasil karet yang kurang baik menyebabkan harga komoditi menjadi rendah. Apkarkusi mengatasi hal tersebut dengan pemasaran sistem lelang 4S agar harga karet kompetitif di tingkat petani.

Bahan olahan karet (bokar) dikumpulkan kelompok tani ke lima gudang. Tim Pembina Bokar bertugas memeriksa hasil panen petani sesuai SOP Apkarkusi. Jika tim menemukan bokar yang dicampur pasir, kayu, kain agar timbangan berat—langsung ditolak. Sehabis lelang, tim melakukan pembinaan kelompok tani tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Eko Permadi
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper