Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Karet Sumsel Sentuh Titik Terendah sepanjang 2020, Pabrik Karet Terancam Tutup

Harga rata-rata karet Sumatra Selatan menyentuh titik terendah pada bulan Maret 2020, yakni senilai Rp14.809 per kilogram dibanding dua bulan sebelumnya.
Ilustrasi: Petani memanen getah karet di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (31/1/2020). Dampak wabah virus corona, harga karet di Sumatera Selatan mengalami penurunan dari Rp17.151 per kilogram menjadi Rp14.950 per kilogram untuk kadar karet kering (KKK) 100 persen atau turun 12,8 persen sejak 20 Januari lalu. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Ilustrasi: Petani memanen getah karet di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (31/1/2020). Dampak wabah virus corona, harga karet di Sumatera Selatan mengalami penurunan dari Rp17.151 per kilogram menjadi Rp14.950 per kilogram untuk kadar karet kering (KKK) 100 persen atau turun 12,8 persen sejak 20 Januari lalu. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Bisnis.com, PALEMBANG - Harga rata-rata karet Sumatra Selatan menyentuh titik terendah pada bulan Maret 2020, yakni senilai Rp14.809 per kilogram dibanding dua bulan sebelumnya. 

Berdasarkan catatan Dinas Perkebunan (Disbun) Sumsel harga rata-rata terendah itu untuk kadar karet kering (KKK) 100 persen. Artinya, jika petani menjual KKK 60 persen-50 persen, maka harga yang diterima petani lebih rendah.

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian, harga karet harian pada Maret 2020 sempat berada di posisi Rp13.892 per kg untuk KKK 100%. Sementara untuk KKK 60%-50%  senilai Rp8.335-Rp6.946 per kg pada 30 Maret 2020.

“Itu adalah harga terburuk sepanjang tahun 2020 yang diliputi kondisi penyebaran Virus Corona yang semakin massif,” katanya, Selasa (31/3/2020).

Bahkan, kata dia, petani yang menjual tidak melalui mekanisme lelang atau bergabung dalam Unit Usaha Pengolahan Bahan Olah Karet (UPPB) malah hanya menerima harga Rp4.500 hingga Rp4.000 per kg.

Rudi mengatakan kini petani di Sumsel mulai mengkhawatirkan penutupan pabrik karet di provinsi itu. Apalagi sejumlah pabrik di daerah tetangga, seperti Bengkulu, Jambi dan Sumatra Barat mulai setop produksi.

“Yang kita khawatirkan kemungkinan terburuk jika Kota Palembang melakukan lockdown, maka mayoritas pabrik karet yg ada di Palembang akan tutup,” katanya.

Namun demikian, kata Rudi, hingga kini pabrik karet di Sumsel masih menerapkan imbauan dari Pemprov Sumsel agar pabrik bisa bertahan dengan melakukan efisiensi dan pemotongan ongkos produksi.

Pasalnya, dia melanjutkan, penutupan pabrik karet akan berdampak signifikan tak hanya bagi petani melainkan juga tenaga kerja di pabrik tersebut.

Terpisah, Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel, Alex K. Eddy, mengatakan semua pabrik yang ada di Sumsel masih bertahan.

“Sepanjang yang saya tahu semua pabrik bertahan untuk tetap berproduksi di tengah kondisi saat ini,” katanya kepada Bisnis.

Menurutnya, pengusaha sangat mempertimbangkan efek dari penyetopan produksi baik bagi karyawan maupun petani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper