Bisnis.com, PALEMBANG – Jumlah titik panas di Sumatra Selatan, berdasarkan hasil pantauan Satelit LAPAN, tercatat sebanyak 1.297 titik pada Jumat (25/10/2019).
Jumlah titik panas tersebut merupakan yang terbanyak sepanjang tahun 2019 di wilayah Sumatra Selatan (Sumsel) akibat hujan yang tak kunjung turun dalam waktu lama.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Ansori, mengatakan dari ribuan titik tersebut mayoritas berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sebanyak 864 titik.
“Ada pula Musi Banyuasin (Muba) 122 titik dan sisanya tersebar di kabupaten/kota lainnya. Memang ini jumlah titik panas terbanyak pada tahun ini,” katanya.
Ansori menjelaskan titik panas mengalami peningkatan drastis beberapa waktu terakhir, terutama di daerah OKI.
Upaya tim pemadam kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang dinilai telah maksimal di wilayah tersebut pun tak kunjung mengatasi kabut asap hasil karhutla tersebut.
Baca Juga
“Waterbombing sudah dilakukan setiap hari. Bahkan, 5 helikopter sudah dikerahkan untuk memadamkan karhutla di OKI hari ini,” katanya.
Dia mengemukakan pemadaman api di OKI menjadi sulit karena tipologi lahan gambut di daerah itu. Angin kencang dan sulitnya akses ke lokasi menjadi penghambat pemadaman karhutla.
“Hujan belum juga turun, sehingga sumber air sudah banyak berkurang,” ujarnya.
Asap karhutla di OKI dan Ogan Ilir tersebut, kata dia, yang menyebabkan Palembang mengalami kabut asap sampai saat ini. Pasalnya, asap mengikuti arah mata angin dari timur ke tenggara. Menurut Ansori, 80% kabut asap berasal dari OKI dan OI.
Oleh karena itu, Satgas karhutla akan menambah personel pemadaman khusus di OKI. Adapun jumlah personel tersebut akan bertambah menjadi 1.000 personel yang terdiri dari berbagai unsur.
“Hari ini ada penambahan pesonel untuk di OKI sekitar 1.000. Semua ditempatkan di OKI, jadi harus dikeroyok bareng mulai dari TNI, Polri, BPBD dan Manggala Agni,” katanya.
Sementara itu, Kasi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Bandara SMB II Palembang, Bambang Beny Setiadji, menuturkan angin permukaan yang tercatat di BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang umumnya dari arah Timur–Tenggara dengan kecepatan 5-20 Knot (9-37 Km/Jam).
Hal ini mengakibatkan potensi masuknya asap akibat karhutbunla ke wilayah Kota Palembang dan sekitarnya.
“Fenomena asap sendiri diindikasikan dengan kelembapan yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara, mengurangi jarak pandang, beraroma khas, perih di mata, mengganggu pernafasan dan matahari terlihat berwarna oranye/merah pada pagi/sore hari,” katanya.