Bisnis.com, BANYUASIN – Pemerintah mendorong pembudidaya ikan untuk menggunakan pakan ikan mandiri karena dinilai dapat menekan biaya produksi ketimbang memakai pakan pabrikan.
Salah satu daerah yang telah mengembangkan pakan mandiri atau dibuat sendiri adalah Kabupaten Banyuasin, Sumatra Selatan, yang juga dikenal sebagai sentra produsen ikan patin.
Asisten I Setda Pemerintah Kabupaten Banyuasin, Kosarudin, mengatakan bahwa Banyuasin telah menjadi lokasi percontohan pakan mandiri sejak 2017 lalu.
“Akan tetapi sejumlah Pokdakan (kelompok pembudidaya ikan) sudah mendapatkan bantuan mesin pembuat ikan pada 2014. Tujuannya untuk menekan biaya produksi sehingga keuntungan yang didapat pembudidaya lebih tinggi,” katanya di sela panen ikan kolam percontohan pakan Food and Agriculture Organization (FAO) di Desa Sungai Rengit, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin, Rabu (16/10/2019).
Kosarudin menjelaskan pembudidaya harus menggelontorkan biaya untuk pakan pabrikan sekitar Rp11.000 – Rp12.000 per kilogram dengan kadar protein 30%, sementara jika pembudidaya mengembangkan pakan mandiri maka biaya pakan hanya berkisar Rp5.000 – Rp6.000 per kg.
Sementara itu, pengembangan pakan mandiri tak hanya ada di Kabupaten Banyuasin melainkan daerah lain, salah satunya di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur.
Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Maju, Harto, mengatakan kelompoknya telah memproduksi pakan mandiri setelah mendapatkan bantuan mesin dari pemerintah.
“Sewaktu belum ada mesin pakan ya kami beli pakan pabrikan, perbedaannya terasa dari segi biaya di mana bisa hemat 50% jika menggunakan pakan mandiri,” kata pembudidaya asal Desa Ganti Warno, Kecamatan Belitang Tiga, Kabupaten OKU Timur tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pakan dan Obat Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Mimid Abdul Hamid, mengatakan bahwa pengembangan pakan ikan mandiri menjadi solusi dalam menjawab permasalahan tingginya biaya produksi.
“Hingga saat ini, pakan mandiri semakin menjadi andalan pembudidaya ikan skala kecil, terbukti pemanfaatannya mampu menekan biaya produksi 30% hingga 50%,” katanya.
Mimid menambahkan dari sisi kualitas, pakan mandiri mampu bersaing dengan pakan pabrikan dengan harga yang lebih murah.
Menurut dia KKP telah mengembangkan pakan ikan mandiri di sejumlah daerah budidaya ikan, seperti Lampung, Jawa Timur, DI Yogyakarta.
Tak hanya itu, kata dia, pihaknya juga bekerjasama dengan FAO untuk mengembangkan pakan mandiri berbasis bahan baku lokal di Indonesia.
Formulasi pakan FAO tersebut menggunakan bahan baku yang tersedia di sekitar Sumatra Selatan, dengan komposisi: silase ikan (7,5%); kepala udang (10%); ikan asin (34%); poles (22,5%); bungkil sawit (21,6%); kanji/sagu (4%); premix (0,25%); multi-enzyme (0,1%) dan phytase (0,05%).
Mimid menambahkan bahan baku lokal lainnya yang berpotensi dikembangkan adalah bungkil kelapa sawit (palm karnel meal/PKM). PKM merupakan produk sampingan dari pembuatan minyak kelapa sawit.
“Peluang melepaskan ketergantungan tepung ikan sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan sangat terbuka lebar dan menggantinya dengan PKM sawit,” katanya.
Dia mengemukakan jika langkah itu dilakukan, maka suplai bahan baku untuk pakan ikan dipastikan tidak perlu impor lagi dan tersedia dengan melimpah.