Bisnis.com, PALEMBANG -- Rencana offbid atau mogok massal yang rencananya akan dilakukan oleh mitra Go-car, layanan transportasi yang disediakan PT Gojek Indonesia, menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat di Kota Palembang.
Salah satunya adalah Andreas Simamora. Sebagai pegawai swasta yang aktif menggunakan layanan Go-car ia mengungkapkan bahwa rencana mogok dan demo malah akan menambah kemacetan.
“Jalanan jadi macet dan masyarakat jadi beralih ke aplikasi lain. Sebab, disaat mitra Go-car melakukan mogok, masyarakat beralih ke aplikasi lain yang menawarkan diskon,” katanya, Kamis (10/10/2019).
Padahal, sambung Andreas, keberadaan Go-car sangat penting karena memudahkan masyarakat bepergian ke mana pun.
Meski pilihan transportasi massal terbilang cukup banyak di Palembang, Hendri, salah satu pengemudi Go-Car menyatakan warga palembang masih memilih menggunakan Go-Car daripada angkutan lain.
Ia beralasan bahwa jika menggunakan transportasi lain akan menambah ongkos yang akan di keluarkan.
Baca Juga
“Kalau angkutan umum lain kan kita mesti jalan dulu ke pangkalan. Atau naik transportasi lainnya beberapa kali. Ongkos jadi lebih mahal,” katanya.
Terkait harga Go-Car yang naik dan kemudian mengurangi jumlah insentif, Hendri tak mau ambil pusing.
“Insentif atau bonus kan sesuai dengan kemampuan perusahaan dan kinerja kita,” imbuh Hendri yang sudah dua tahun menjadi pengemudi Go-Car.
Tak hanya itu, Hendri melanjutkan, justru jika mendapat bonus penuh tapi tarif untuk konsumen dinaikkan lagi, maka akan mengancam kelangsungan bisnis.
“Nanti kita bisa-bisa ditinggal konsumen. Ini bahayanya kan bukan buat perusahaan, tapi buat kita juga sebagai mitra,” katanya.
Sebelumnya, diketahui ribuan sopir taksi online dari berbagai komunitas yang tergabung dalam 'gerakan driver online Palembang' menggelar aksi demonstrasi di depan kantor PT Gojek Indonesia Cabang Palembang, pada Kamis (3/10/2019).
Tak berselang lama, aksi serupa kembali dilakukan para mitra Gojek tersebut, sehingga terhitung telah dua kali para mitra melakukan demonstrasi terkait keluhan insentif atau bonus.
Koordinator aksi, Al Azhari, mengatakan aksi ini ditujukan untuk menuntut managemen Go-Jek Indoensia agar dapat membatalkan pemangkasan insentif sebesar 50% yang rencananya mulai diberlakukan pada 7 Oktober 2019.
“Tuntutan kami cuma satu yakni menolak kebijakan pemangkasan insentif hingga 50% yang dilakukan tanpa ada kordinasi dan transparasi,” katanya.