Bisnis.com, MEDAN— Ekspansi kredit perbankan di Sumatra Utara baru mencapai 2,83%, dengan nominal Rp217,3 triliun hingga Juli 2019, lebih rendah dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya.
Pertumbuhan kredit didorong oleh jenis kredit konsumsi di tengah perlambatan kredit lainnya. Sejalan dengan pertumbuhan sektoral, kredit sektor kontruksi dan pertanian menunjukkan peningkatan, sementara kredit industri pengolahan terkontraksi.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumatra Utara Wiwiek Sisto Widayat mengatakan, sampai dengan Semester I/2019, pertumbuhan kredit perbankan di Sumatra Utara yang masih rendah sebagai akibat dari belum kondusifnya bisnis pasca Pemilihan Umum (Pemilu). Kondisi tersebut dinilai sebagai faktor perbankan belum memungkinkan untuk ekspansi kredit yang lebih besar.
“Ini yang terus kami koordinasikan dengan OJK, supaya di semester II/2019 perbankan mau meningkatkan jumlah kreditnya. Karena kalau tidak makan akan menjadi pertumbuhan terendah di Sumatra Utara,” jelas Wiwiek, dikutip Minggu (25/8/2019).
Menurutnya, kondisi tersebut menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dengan otoritas supaya dapat mendesak dan mendorong perbankkan untuk mengucurkan kreditnya kepada masyarakat.
Dia berharap Semester II/2019 dapat menjadi momentum perbankkan untuk lebih ekspansif dalam penyaluran kredit. Apalagi, pemilu sudah rampung sehingga tidak menjadi kendala. “Ini akan kita carikan solusinya dengan OJK,” katanya.
Baca Juga
Dari rasio non-performing loan (NPL), lanjut Wiwiek, secara keseluruhan masih wajar yakni 3,14%. Kendati begitu, apabila dilihat dari kredit sektor konstruksi, NPL perbankkan perlu hati-hati karena sudah mencapai batas wajar yang ditentutan otoritas. “Kita sudah mencapai di 7% untuk kredit di sektor kontruksi, sudah warning,” katanya.