Bisnis.com, MEDAN – Wakil Gubernur Sumatra (Wagub Sumut) Musa Rajekshah meminta para petani kelapa sawit untuk memanfaatkan dana dana hibah dari Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Sawit (BPDPKS) sebesar Rp25 juta/hektare (ha) untuk peremajaan (replanting) kelapa sawit.
Dana hibah Rp25 juta/ha itu disiapkan BPDPKS untuk peremajaan kelapa sawit perkebunan rakyat. Untuk mendapatkannya tidak terlalu sulit, pemohon harus merupakan anggota kelompok tani, surat tanah berstatus Sertifikat hak milik, KTP dan kemudian BPDPKS akan melakukan verifikasi lahan.
“Ada dana hibah dari pemerintah pusat untuk replanting kelapa sawit, tetapi dari pengamatan saya tidak banyak petani kita yang memanfaatkan itu. Padahal itu sangat lumayan, bayangkan rata-rata kita butuh sekitar Rp40 juta untuk replanting kelapa sawit per hektarenya, pemerintah menyiapkan Rp25 juta, tentunya itu akan sangat membantu. Kita malah lebih berani meminjam ke bank padahal ada yang free,” kata Wagub Musa Rajekshah ketika membuka secara resmi acara Indonesian Palm Oil Stakeholder Forum ke-4 (IPOS Forum 2019) di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Jalan Kapten Maulana Lubis Nomor 7, Medan.
IPOS Forum merupakan wadah bagi pada stakeholder perkelapasawitan nasional untuk mendiskusikan isu-isu utama sawit nasional hingga ke rencana aksi, seperti Percepatan Program Sawit Rakyat, Keamanan Perkebunan, Percepatan Program ISPO, Perda dan sebagainya. Tujuannya, untuk menemukan solusi atau kesepakatan bersama atas isu-isu yang diangkat dalam forum ini. Dan ini merupakan agenda tahunan GAPKI yang sudah dilakukan sejak tahun 2016.
Musa Rajekshah juga berharap petani-petani sawit bisa menanam sawit dengan baik, demi kesinambungan dan produktivitas sawit itu sendiri. Juga tetap memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan.
“Teknologi terus berkembang, teknologi replanting juga berkembang, sekarang ada bibit sawit yang bisa menghasilkan lebih cepat. Kita perlu mengikuti perkembangan tersebut. Selain itu kita juga harus melibatkan masyarakat, perkebunan sawit harus bermanfaat untuk masyarakat sekelilingnya, bisa dengan pola intiplasma atau CSR,” tambah Wagub.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum I (Urusan Organisasi) GAPKI Kacuk Sumarto merasa perlu adanya perubahan signifikan di kelapa sawit saat ini dan salah satunya adalah mengembalikan marwah Sumut sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia. Karena menurutnya Sumut memang memiliki segala hal yang dibutuhkan untuk menghasilkan kelapa sawit yang unggul.
“Perkiraannya ada penurunan ekspor kelapa sawit sekitar 20 juta ton tahun depan karena adanya upaya mencari pengganti produk kelapa sawit dan itu sudah dilakukan Uni Eropa. Karena itu kita perlu mengembalikan kejayaan kelapa sawit dan marwah kelapa sawit itu ada di Sumut. Bila kita kembalikan marwah ini kepada Sumut, kejayaan kelapa sawit akan kembali lagi,” kata Kacuk.