Bisnis.com, BATAM-Rencana kerja sama antara Rusia dan Batam dinilai akan memberikan angin segar bagi industri marine and shipyard di Batam.
Kenggulan teknologi yang dimiliki Rusia akan memperkaya industri shipyard di Batam yang memang berada di lokasi yang strategis.
Saat ini, terdapat 250 shipyard yang terdaftar di Batam dengan 132 pelabuhan tersebar di berbagai daerah. Sejauh ini ada 97 perusahaan aktif dengan aktivitas repair dan pembuatan kapal baru. Jumlah ini yang mani merupakan jumlah terbesar di Indonesia.
Rusia akan membawa teknologi Advance di bidang shipyard ke Batam, ini jelas dapat menjadi momentum untuk mengembangkan industri marine and shipyard Batam," kata Anggota 3 Deputi Bidang Pengusahaan Sarana Usaha Badan Pengusahaan (BP) Batam Dwianto Eko Winaryo dalam keterangan yang diterima pada Rabu (24/7).
Dalam kunjungan Kementerian Industri dan Perdagangan Rusia (Ministry of Industry and Trade of The Russian Federation) ke BP Batam pada Selasa 23 Juli 2019, Eko menjelaskan kalau Rusia sangat tertarik dan ingin mengetahui lebih jauh perkembangan industri shipyard di Batam.
Director of the Shipbuilding and Marine Technique Department, Boris Kabako mengungkapkan, industri maritim dan pembuatan kapal saat ini tengah menjadi industry prioritas dan perpektif masa depan Rusia.
Baca Juga
Rusia saat ini tengah fokus mengembangkan teknologi hight tech untuk industri shipyard, sesuai dengan perkembangan teknologi terbarukan.
Secara keilmuan kata Boris, juga Rusia unggul dengan memiliki pusat laboratorium ilmiah, pusat pengembangan teknik dan pusat pembuatan kapal untuk mendukung skill sumber daya manusia (SDM).
"Batam adalah primadona industri shipyard Indonesia, kami ingin tahu perkembangan industri shipyard saat ini. Untuk melihat kemungkinan kerjasama di Batam," kata Boris.
Terkait dengan rencana kerja sama yang potensial untuk dijalani, BP Batam kata Eko menawarkan dua alternatif kerja sama dengan Rusia. Pertama, menawarkan kerja sama pembuatan kapal di Batam untuk pemesan dari kawasan Timur Tengah dan Afrika.
Bentuk kerja sama pembuatan kapal pesana dari Timur Tengah dan Afrika ini, dinilai lebih efisien jika dibuat di Batam, karena jalur transportasinya lebih dekat dibandingkan dengan Rusia.
"Kita dapat buat di Batam, dengan memanfaatkan SDM lokal dan showroom yang sudah ada, dan dikalaborasikan pembuatannya dengan menggunakan teknologi mutakhir yang dimiliki oleh Rusia," kata Dwi menerangkan.
Kedua, mendorong hadirnya kerja sama transfer teknologi industri perkapalan Rusia untuk diaplikasikan di Batam, dimana hal ini sangat mendukung pengembangkan kembali industri shipyard. Teknologi tersebut ia harapkan dapat dipelajari dan diaplikasikan oleh shipbuilder di Batam untuk mengembangkan industri marine dan shipyard sehingga terjadi peningkatan kualitas SDM di sektor shipyard.
Dalam kunjungan ini, Boris datang bersama delegasi Kedutaan Besar Rusia, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Rusia, Asosiasi United Shipbuilder Corporation, Rusia hingga Wakil Rektor the Maritime State University.
Kunjungan ini merupakan hasil dari kegiatan Diplomatic Trip yang dihadiri Duta Besar Rusia untuk Indonesia dan lanjutan dari Kunjungan Wakil Deputi Perdagangan Kementerian Pengembangan Ekonomi Rusia untuk Indonesia, Chesnokov Alexander saat bertemu dengan dirinya beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Eko didampingi oleh Direktur Badan Pengelola Pelabuhan Batam Nasrul Amri Latief, Direktur Promosi dan Humas Dendi Gustinandar, Direktur Lalu Lintas Barang Tri Novianta Putra beserta tim. Hadir pula Asosiasi BSOA (Batam Shipyard and Offsore Asosiation) yang selanjutnya melakukan diskusi lebih dalam B to B (Business to Business Meeting) untuk melihat peluang bisnis yang dapat dikerjasamakan dengan Rusian United Shipbuilding Corporation.