Bisnis.com, BATAM-Politeknik Negeri Batam (Polibatam) menjadi kampus politeknik pertama di Indonesia yang memiliki bangunan hanggar perawatan pesawat.
Bangunan hanggar yang menelan biaya sekitar Rp 38 miliar ini berdiri di atas lahan seluas 2500 m2 tepatnya di kompleks kampus terpadu Politeknik Negeri Batam yang berlokasi di Batam Center, Batam.
Bangunan yang diresmikan langsung oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir pada Kamis (18/7) ini, nantinya dapat menampung satu pesawat jenis Boeing 737 300 atau Airbus 320, serta beberapa pesawat ukuran kecil sejenis Cessna, sundowner dan Navayo sebagai bagian dari fasilitas praktik pembelajaran perawatan pesawat udara untuk mahasiswa.
Selain itu, Bangunan hanggar terdiri dari 3 lantai ini juga dilengkapi 10 ruangan workshop/laboratorium khusus perawatan pesawat udara seperti aircraft system laboratory, general dan sheet metal workshop, composite workshop, Battery Shop & NDT, Engine and Propeller shop, avionic and instrumentation laboratory, electrical and wind tunnel laboratory, hydraulic shop, computer laboratory. Lima ruang kelas representative serta ruangan penunjang lainnya.
Dalam kesempatan tersebut, Nasir berharap, hadirnya hanggar di Polibatam ini dapat menjadi acuan bagi pengembangan hanggar di kampus politeknik di daerah lain. Fasilitas ini juga menjadi peluang besar bagi pengembangan SDM di bidang industri penerbangan, baik itu untuk kebutuhan dalam negeri, maupun untuk kebutuhan industri penerbangan di negara lain.
"Harapan saya, Polibatam mampu menyuplai tenaga kerja ke berbagai maskapai. Kita ingin lahir SDM dari sini," kata Nasir seusai seusai meninjau hanggar perawatan pesawat Polibatam di Batam Centre, Batam pada Kamis (18/7).
Baca Juga
Ke depan, Nasir akan mengupayakan hadirnya pesawat sebagai bahan praktik mahasiswa yang belajar di Polibatam. Kemenristekdikti akan berkoordinasi dengan kementerian terkait, khususnya Menteri BUMN yang memiliki aset, untuk menjual pesawat yang secara fungsi tidak lagi memberi manfaat secara ekonomis agar bisa digunakan sebagai bahan praktik mahasiswa.
"Karena pesawat-pesawat tersebut sudah menjadi rongsokan, kita beli untuk digunakan sebagai bahan praktik, kita beli murah tetap memiliki nilai ekonomi buat mereka," kata Nasir lagi.
Tidak itu saja, Nasir juga mengatakan jika Kemenristekdikti terus mengupayakan pengembangan sistem pendidikan yang terus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Dimana saat ini arah pengelolaan lembaga pendidikan diarahkan menuju sistem seperti yang diterapkan seperti korporasi.
Politeknik harus bergerak menjadi badan hukum atau badan layanan umum, sehingga bisa melakukam lompatan. Lembaga yang akan dijadikan seperti korporasi harus dibangun di dalam sistem pendidikan.
"Pengembangan SDM harus didorong, caranya perguruan tinggi harus bisa mandiri mengelola sumber dana. Dan dana bisa didapat dari swasta dan pemetintah. Di Eropa semua melakukan pengelolaan dengan berfikir secara korporasi," kata Nasir lagi.
Pembangunan Hanggar pertama di kampus politeknik di Indonesia ini didanai oleh Asian Development Bank (ADB) melalui Polytechnic Education Development Project (PEDP) Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswa Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi pada tahun 2018-2019.
Bangunan ini diyakini akan menjadi bagian dari fasilitas unggulan dalam proses pembelajaran para mahasiswa Program Studi D3 Perawatan Pesawat Udara sekaligus juga sebagai fasilitas pelatihan bagi taruna Aircraft Maintenance Training Organization (AMTO) berlisensi international yang diselenggarakan oleh Politeknik Negeri Batam.
Program studi D3 Perawatan Pesawat Udara di Politeknik Negeri Batam sendiri, sampai saat ini masih tercatat sebagai program studi satu-satunya di Politeknik Negeri seluruh Indonesia. Secara spesifik program studi ini mengkhususkan layanan untuk menghasilkan lulusan Diploma ahli madya bidang perawatan pesawat udara yang qualified karena juga dilengkapi dengan Basic License for aircraft maintence yang diakui secara internasional.
Saat ini basic license yang telah dmiliki kategori A yang meliputi basic license untuk Body Airframe Fixed Wing (A1), Piston Engine (A3) dan Turbine engine (A4). Ke depan, dengan fasilitas hanggar yang sudah terbangun ini, Politeknik Negeri Batam akan dilengkapi juga dengan lisensi C atau Instrument Electrical, Radio and avionics, serta pengembangan hanggar sebagai Approved Maintenance Repair and Overhoul (MRO) untuk Engine pesawat dan Komponen part pesawat.
Sementara itu, Direktur Politeknik Negeri Batam Dr, Priyono EKo Sanyoto menjelaskan, hanggar ini diberi nama Kokok Haksono Djatmiko, sebagai bentuk apresiasi terhadap seorang tokoh pejuang pengembangan pendidikan tinggi vokasi politeknik di Indonesia. Selama karirnya Haksono pernah menjabat direktur politeknik manufactur Bandung yang merupakan politeknik negeri tertua dan terkemuka di Indonesia.
Sebelum tutup usia pada tahun 2018 yang lalu, Haksono mendapatkan amanah sebagai Manajer Project Management Unit (PMU) PEDP Kemenristekdikti yang fokus menangani pengembangan setidaknya 43 pendidikan tinggi vokasi politeknik baik Politeknik Negeri maupun Politeknik Swasta yang tersebar di seluruh Indonesia dalam kurun waktu 2012-2019.