Bisnis.com, MEDAN – Sepanjang 2018, Sumatra Utara memproduksi minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dengan volume 4,6 juta ton.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan Pemprov Sumut, Syahrida Khairani, mengatakan faktor harga yang masih dinamis karena faktor pasar global belum menekan produksi di lapangan.
Dari data sementara milik Dinas Perkebunan yang diterima Bisnis, realisasi produksi berasal dari perkebunan rakyat sebesar 1,5 juta ton dan 1,2 juta ton dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Sisanya, berasal dari perkebunan swasta nasional yakni 1,2 juta dan perkebunan swasta asing 618.260 ton.
Adapun, total produksi 4,6 juta ton ini dihasilkan dari lahan seluas 1,3 juta hektare. Sementara itu, volume tandan buah segar (tbs) sepanjang 2018 secara total yakni 20,9 juta ton dengan 6,8 juta ton di antaranya berasal dari perkebunan rakyat.
Kemudian, berturut-turut berasal dari PTPN yakni dengan volume 5,6 juta ton; perkebunan swasta nasional 5,7 juta ton, dan perkebunan swasta asing 2,8 juta ton.
“Faktor harga masih dinamis karena pasar global belum menekan produksi,” kata Syahrida.
Meskipun demikian, dari sisi harga, tandan buah segar (TBS) dengan usia tanam 10 tahun cukup fluktuatif yakni di kisaran Rp1.400 hingga Rp1.500. Kondisi ini, lanjutnya, secara perlahan mulai membaik karena relaksasi pajak ekspor.
"Sekarang harga sudah mulai meningkat setelah tidak dikenai pajak. Sebelum ada kebijakan itu, harganya terus merosot,” tutur Syahrida.
Dari sisi ekspor, Sumut mengekspor CPO sebanyak 2,9 juta ton atau 57% dari volume yang diproduksi. Dari volume tersebut, nilai transaksi yang dibukukan mencapai US$2 miliar berdasarkan free on board (FOB).
Informasi tambahan mengenai ekspor CPO, belakangan penolakan dari Uni Eropa makin keras dan mereka mengancam tak akan mengimpornya dari Indonesia karena dianggap tak ramah lingkungan. Namun, Pemerintah Indonesia masih berupaya langkah UE itu tidak benar-benar diwujudkan sepenuhnya.