Bisnis.com, PADANG—Pemerintah Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) menargetkan investasi yang masuk ke daerah itu tahun ini mencapai Rp4,3 triliun atau sedikit di atas target tahun lalu sebesar Rp4,1 triliun.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sumbar Maswar Dedi menyebutkan pemerintah setempat menargetkan investasi sebesar Rp4,3 triliun, baik dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA).
“Prioritasnya adalah untuk sektor pariwisata dan energi terbarukan, karena potensinya yang sangat besar di Sumbar,” ujarnya, Minggu (3/2/2019).
Dia menyebutkan pemda setempat fokus mengembangkan sektor pariwisata sebagai sumber ekonomi daerah di masa mendatang, sekaligus memanfaatkan potensi energi terbarukan yang ada di daerah itu.
Dedi mengungkapkan untuk pariwisata, prioritas tahun ini adalah pembangunan kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata Mandeh di Pesisir Selatan dan KEK Mentawai di Taileleu, Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Saat ini, imbuhnya, progres penetapan dua KEK itu tengah dalam perencanaan dan pengajuan ke pusat untuk segera ditetapkan.
KEK Mandeh dikembangkan di lahan seluas 400 hektare di Bukik Ameh yang masuk dalam kawasan wisata bahari terpadu Mandeh. Kawasan itu membentang seluas 18.000 hektare dengan sejumlah pulau dan laut yang tenang, sehingga juga dijuluki Raja Ampat-nya Sumbar.
Kemudian, untuk KEK Mentawai direncanakan dibangun di lahan seluas 2.639 hektare yang 80% dari areal itu sudah dibebaskan, sehingga bisa segera dikembangkan oleh investor untuk percepatan infrastruktur pariwisata.
Selain itu, juga potensi – potensi wisata di berbagai daerah di Sumbar yang belum terkelola dengan baik, termasuk dari segi infrastruktur pendukung, dan kesiapan masyarakat.
Untuk bidang energi terbarukan, Sumbar memiliki setidaknya 17 titik geothermal atau panas bumi dengan potensi energi mencapai 1.600 MW.
Saat ini, PT Supreme Energi Muara Laboh sebuah konsorsium antara Indonesia, Prancis dan Jepang, menggarap potensi yang ada di Kabupaten Solok Selatan atau di sekitar kaki Gunung Kerinci, dan PT Hitay Daya Energy asal Turki menggarap potensi di kaki Gunung Talang, Kabupaten Solok.
Dia menyebutkan beberapa investor dari Amerika Serikat, dan sejumlah negara Eropa sudah menyatakan ketertarikan untuk berinvestasi di bidang energi terbarukan di Sumbar.
“Selain pariwisata, dan energi terbarukan, kami juga buka peluang investasi di bidang industri pengolahan, dan bidang yang lain,” kata Dedi.
Adapun, sepanjang 2018, total investasi yang masuk ke Sumbar sebesar Rp4,7 triliun atau mencapai 112% dari target Rp4,1 triliun.
Investasi itu terdiri dari PMND sebesar Rp2,3 triliun atau lebih rendah dari target yang ditetapkan sebesar Rp3,4 triliun. Namun, untuk investasi asing mencapai realisasi 341% dari target, yakni US$180 juta dari target yang hanya US$52 juta.